
Membangun Kemandirian: Perjalanan Ambu Halimun dalam Pemberdayaan Perempuan dan Konservasi
Narasi: Rahayu Oktaviani
Pemberdayaan bukan sekadar memberikan bantuan sesaat, tetapi tentang membangun kemandirian yang berkelanjutan. Program pemberdayaan yang efektif harus mampu membekali komunitas dengan keterampilan, pengetahuan, dan akses terhadap sumber daya sehingga mereka dapat mengelola tantangan sendiri. Bukan menciptakan ketergantungan, melainkan menanamkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk terus berkembang. Hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam perjalanan Ambu Halimun, sebuah kelompok perempuan yang tumbuh dari semangat untuk menjadi lebih mandiri dan berdaya.
Awal Mula Ambu Halimun
Di awal tahun 2022, sekelompok perempuan di Kampung Citalahab Sentral berkumpul dengan satu tujuan: mencari cara agar mereka dapat berkembang dan berkontribusi dalam masyarakat. Dari sinilah lahir Ambu Halimun, sebuah komunitas yang kini dikenal dengan produk ecoprint-nya.
Namun, Ambu Halimun lebih dari sekadar kelompok pengrajin kain ecoprint. Ia menjadi ruang aman bagi para perempuan untuk belajar, bertukar pikiran, dan menumbuhkan kepercayaan diri. Di tempat ini, mereka tidak hanya membuat produk, tetapi juga membangun masa depan yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Ecoprint hanyalah salah satu bentuk aktivitas yang mereka lakukan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk menciptakan kemandirian perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Perjalanan Menuju Kemandirian
Dalam upaya membangun kapasitas anggota, berbagai pelatihan terus dilakukan. Salah satunya berlangsung pada tanggal 3-4 Januari lalu, ketika kelompok ini mengadakan sesi perencanaan program kerja dan pelatihan public speaking, didampingi oleh Ibu Galuh Sekar Arum sebagai fasilitator. Pelatihan ini bukan hanya untuk menyusun rencana bagi masa depan kelompok, tetapi juga untuk membangun rasa percaya diri setiap anggotanya.
Bagi banyak perempuan dalam kelompok ini, berbicara di depan umum adalah hal yang tidak mudah. Selama ini, mereka lebih sering berada di balik layar, bekerja dalam diam, dan jarang mendapat kesempatan untuk bersuara. Namun, dalam pelatihan tersebut, satu per satu mereka mencoba berdiri dan berbicara. Awalnya ragu-ragu, suara bergetar, dan beberapa kali mereka harus mengulang kata-kata yang ingin disampaikan. Tetapi, mereka terus mencoba. Setiap langkah kecil yang diambil adalah bagian dari perjalanan besar menuju pemberdayaan.


Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi
Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh KIARA, termasuk melalui Ambu Halimun, tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi dan kemandirian perempuan, tetapi juga mengintegrasikan upaya konservasi. Salah satu tujuan utama dari program ini adalah menjadikan komunitas lokal sebagai agen konservasi yang aktif. Dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan keterampilan yang dikembangkan melalui pelatihan, masyarakat diajak untuk memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan satwa liar yang hidup di sekitar mereka.
Di sekitar Kampung Citalahab Sentral, salah satu spesies yang menjadi perhatian utama adalah owa Jawa (Hylobates moloch), primata endemik yang semakin terancam akibat deforestasi dan perburuan. Melalui berbagai program edukasi dan kegiatan berbasis komunitas, perempuan di Ambu Halimun juga mulai berperan dalam mengenalkan satwa ini kepada masyarakat dan pengunjung. Mereka berbagi cerita tentang owa Jawa, habitatnya, dan bagaimana masyarakat dapat berkontribusi dalam upaya pelestariannya.
Selain itu, produk-produk ecoprint yang mereka hasilkan juga memiliki nilai edukatif. Motif yang mereka gunakan sering kali terinspirasi dari flora lokal, termasuk jejak daun yang menjadi makanan favorit owa Jawa. Ini bukan hanya bentuk ekspresi seni, tetapi juga strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keanekaragaman hayati yang mereka miliki.

Pemberdayaan yang Berkelanjutan
Ambu Halimun adalah contoh nyata bahwa pemberdayaan sejati bukan hanya tentang memberikan modal atau keterampilan teknis, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan ruang bagi perempuan untuk terus berkembang. Jika sebuah program hanya memberikan bantuan sesaat tanpa membangun kapasitas dan rasa memiliki, maka ketika intervensi berhenti, semangatnya pun akan padam. Namun, ketika sebuah program mampu menanamkan kesadaran dan memberikan alat bagi komunitas untuk berkembang secara mandiri, maka dampaknya akan jauh lebih besar dan bertahan lama.
Pemberdayaan yang berkelanjutan menuntut lebih dari sekadar pelatihan. Diperlukan jaringan dukungan, akses ke pasar, serta ruang bagi komunitas untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi mereka. Ambu Halimun telah menunjukkan bahwa ketika perempuan diberi ruang untuk belajar dan tumbuh, mereka bisa menjadi agen perubahan yang luar biasa bagi komunitasnya.
Langkah Selanjutnya
Perjalanan Ambu Halimun masih panjang. Dengan anggota yang kini berjumlah 12 orang, mereka terus berusaha memperluas jangkauan dan memperkuat kapasitas kelompok. Dari latihan public speaking hingga pengelolaan usaha, dari memahami pemasaran hingga membangun strategi keberlanjutan, mereka terus bergerak maju.
Di sisi lain, keterlibatan mereka dalam konservasi semakin diperkuat. Para perempuan ini tidak hanya menjadi pengrajin, tetapi juga pemandu bagi pengunjung yang ingin mengenal lebih dalam tentang ekosistem Halimun. Mereka menceritakan tentang pepohonan yang menjadi sumber makanan bagi owa Jawa, pentingnya menjaga hutan sebagai tempat tinggal satwa liar, dan bagaimana setiap individu bisa berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.
Pemberdayaan bukan tentang menciptakan ketergantungan, tetapi tentang membuka peluang. Ketika perempuan dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri, mereka bukan hanya mengubah hidup mereka sendiri, tetapi juga komunitas di sekitarnya. Ambu Halimun adalah bukti bahwa keberanian untuk melangkah, sekecil apa pun, bisa membawa perubahan besar. Mereka mungkin baru memulai, tetapi mereka tidak akan berhenti. Dengan semangat yang terus menyala, mereka tidak hanya mencetak jejak dedaunan kain ecoprint, tetapi juga menenun harapan bagi masa depan yang lebih lestari dan mandiri.





