• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
RASAMALA 2025: Bukan Hanya Berkemah di dalam Tenda, tapi Menyulap Ekosistem Hutan Menjadi Ruang Belajar yang Tak Terbatas 

RASAMALA 2025: Bukan Hanya Berkemah di dalam Tenda, tapi Menyulap Ekosistem Hutan Menjadi Ruang Belajar yang Tak Terbatas 

Narasi oleh: Amin Indra Wahyuni  

Tahun 2025 bergulir cepat hingga tibanya bulan juni, bulan di mana ujian semester genap dilaksanakan dan juga libur sekolah bagi siswa sekolah dasar. Tahun ini, KIARA mengembangkan sayap dan komitmen untuk melaksanakan program pendidikan konservasi tidak hanya di dua sekolah seperti tahun lalu, namun ke tiga sekolah dasar di Desa Malasari, diantaranya SDN Rimba Kencana, SDN Malasari 03, dan SDN Malasari 01. Kedua sekolah pertama secara reguler dikunjungi oleh Kang Nuy (Muhammad Nur) sebagai fasilitator pendidikan konservasi KIARA bersama dengan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang. 

Dalam pelaksanaannya, RASAMALA memerlukan banyak tenaga dan pikiran baik dari segi persiapan dan pelaksanaan di Kampung Citalahab sehingga KIARA, melalui staff edukasi dan kampanye memulai proses rekrutmen ke beberapa volunteer yang pernah bekerjasama dengan KIARA hingga terkumpul 19 orang yang merupakan mahasiswa, fresh graduate, dan dari umum dengan syarat berkomitmen untuk mengikuti kegiatan RASAMALA dengan baik. 

Dari titik kumpul keberangkatan, panitia bersiap dengan  perlengkapan seperti tenda, terpal, matras, sleeping bag untuk para peserta, dan juga yang paling berharga adalah material edukasi yang berisi buku aktivitas, buku panduan, perlengkapan eksplorasi. Perjalanan selama kurang lebih lima jam dengan truk tronton dilalui oleh panitia diiringi hujan dan kabut halimun. Saat tiba di halimun, hujan tak kunjung reda. Panitia yang berperan untuk membangun tenda  berkapasitas besar bersiap berangkat lebih dulu ke camping ground untuk membuat naungan. Setelah beberapa jam berjibaku dengan terpal, bambu, paku, palu, karet ban, dan tali, akhirnya tim selesai mendirikan tenda. 

Pada hari pertama kegiatan, Sabtu 21 Juni 2025 anak-anak peserta RASAMALA datang dari masing-masing sekolah. Mereka diantarkan mobil pick-up atau seringkali disebut ‘kolbak’ dan disambut oleh kakak pendamping di joglo gerbang masuk Kampung Citalahab Sentral. Setelah diabsen, setiap anak diberikan pin dan ditulis dengan nama masing-masing. Secara bertahap, anak-anak berjalan ke Camping ground ditemani oleh pendamping. 

Kegiatan pembukaan dimulai, peserta dibagi menjadi delapan kelompok bermain secara acak dari tiga sekolah dan sepuluh kelompok tidur yang berdasarkan jenis kelamin. Kegiatan diawali dengan perkenalan dan bermain bersama, lalu mendirikan tenda didampingi panitia dan dibantu oleh bapak &ibu guru yang turut serta dalam kegiatan RASAMALA. Tak butuh waktu lama, sepuluh tenda berdiri kokoh dalam kurun waktu kurang dari 30 menit, semangat dan rasa bangga terpancar dari anak-anak sambil berpose untuk berfoto dengan kelompok masing-masing di depan tenda. 

Kegiatan dilanjutkan dengan eksplorasi lingkungan sekitar dengan mengunjungi empat pos yang disediakan panitia, yaitu eksplorasi air, serangga, mikroskop, dan tumbuhan. Eksplorasi dengan bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung bermain sambil mempelajari keanekaragaman hayati yang ada di sekitar.  

Eksplorasi biota air adalah aktivitas untuk mengenal hewan kecil yang ada di sungai Sungai Cikaniki (di Citalahab Sentral). Seperti tahun sebelumnya, pos ini adalah pos paling menyenangkan karena anak-anak suka sekali bermain air dan uniknya, pendamping pos terdengar sedang mengajak anak segera keluar dari air ‘ayo adik-adik, hewannya sudah banyak ayo kita lihat dulu hewan yang sudah didapat’. Anak-anak berhasil menemukan nimfa lalat sehari, nimfa capung, anggang-anggang, dan siput. 

Eksplorasi serangga dilakukan di sekitar Camping ground. Anak-anak akan belajar tentang jenis serangga, peran serangga pada ekosistem dan etika saat menangkap serangga. Anak-anak sangat antusias, dengan memegang jaring serangga mencoba menangkap capung yang terbang bebas di sekitar. Berbagai jenis serangga, capung, kupu-kupu, kumbang, belalang, semut, dan tawon berhasil ditemukan anak-anak.  

Eksplorasi mikroskop dilakukan dengan melakukan pengamatan sel hewan dan tumbuhan. Berbagai improvisasi dilakukan oleh fasilitator, mulai dari menyediakan bahan untuk pengamatan dari tumbuhan, dari sel darah, dan juga dari bulu burung yang ditemukan saat perjalanan. Anak-anak dengan tertib mengantre untuk melihat sesuatu yang muncul di balik lensa okuler mikroskop! 

Di tengah-tengah tenda bersama, anak-anak melakukan eksplorasi dedaunan yang ada di sekitar Camping ground kemudian membuat ecoprint di atas kain blacu 36×36 cm bersama-sama hingga kain penuh dengan pola daun. Panitia fasilitator menjelaskan jenis-jenis daun dan mengajak anak-anak mengeskplorasi dedaunan di sekitar lokasi kemping sehingga daun yang kumpulkan peserta bervariasi bentuk dan jenisnya.  

Hujan mulai kembali turun mengguyur camping ground, kami semua lari dan kembali berkumpul di tenda bersama. Hujan di kemarau basah ini membuat panitia resah karena tak kunjung reda, bahkan semakin lebat disertai angin. Air dari permukaan tanah mulai merembes ke alas duduk anak-anak. Kakak panitia lalu sigap menginstruksikan agar anak-anak kembali ke tenda dan segera membersihkan area tenda bersama dari genangan air. Saat hujan mereda dan air mengalir dengan baik, anak-anak kembali berkumpul ke tenda bersama. Hujan membuat kegiatan eksplorasi terhenti dan sebagai gantinya, anak-anak diajak berbagi tentang temuan mereka di masing-masing pos eksplorasi yang sudah dikunjungi. Sambil melengkapi lembar kosong di buku aktivitas, dengan membuat ilustrasi, mengisi janji menjaga alam, dan juga mewarnai.  

Malam menjelang, Hujan masih mengguyur area camping ground. Kegiatan selanjutnya adalah mendengarkan kisah wayang owa ‘Owa Butuh Hutan, Hutan juga Butuh Owa’. Wayang Owa dan karakter lain akan di tampilkan di panggung wayang dengan para dalang di balik panggung. Dalang menceritakan anak Owa Jawa bernama Sanha yang banyak makan buah buahan, kemudian perutnya terasa sakit dan ia akhirnya buang air besar, mengeluarkan biji-biji dari buah yang tertelan. Biji-biji itu tersebar di hutan tempat bermain Sanha, dan perlahan lahan tumbuh menjadi tumbuhan dan pohon pohon yang baru. Anak-anak terkesima dan fokus memperhatikan pagelaran wayang owa ini.  

Malam telah menjelang, tapi energi anak-anak nampaknya tak kunjung habis. Panitia bergantian untuk berjaga di tenda bersama. Setiap peserta yang ingin pergi ke toilet harus ditemani oleh kakak pendamping.  

Hari kedua, Minggu 22 Juni 2025 pagi dibuka dengan nyanyian Owa jawa yang sayup-sayup terdengar dari area kemping. Anak-anak bergegas untuk berkumpul dan senam bersama, Senam Ria Anak Indonesia. Senam ini agenda wajib dilakukan di hari kedua, karena di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat. Semua orang wajib ikut senam ceria ini agar RASAMALA berjalan dengan lancar dengan peserta dan panitia yang bugar.  

Segera setelah senam dan sarapan, anak-anak kembali berbaris dan mendengarkan kak Taka menjelaskan perlengkapan penelitian Owa Jawa, ada binokuler, GPS, walkie talkie, GPS dan alat tulis. Anak-anak mendengarkan dengan tertib dan seksama.

Berbekal buah jeruk, anak anak bersama-sama masuk ke dalam hutan melalui loop trail HM 17 menuju Curug Macan. Setiap kelompok diberi jarak selama tiga menit agar tidak terjadi penumpukan peserta di dalam jalur & setiap kelompok didampingi oleh dua orang pendamping,  Dalam perjalanan, anak-anak mengamati banyak hal di jalur loop trail, mengamati burung, menemukan jamur, buah dan biji-bijian di lantai hutan, mendengarkan suara alam sambil mengisi buku aktivitasnya. Banyak yang bisa dituliskan dalam buku aktivitas, diantaranya melengkapi janji menjaga alam, menemukan benda-beda di dalam hutan berdasarkan karakternya seperti sesuatu yang bulat, lembut, keras, atau berwarna merah, dan sesuatu yang terbang. Tanda ceklis untuk penemuan daun, burung, pohon, kayu, batu, jamur dan lain-lain.

Anak-anak belajar menggunakan alat pengamatan binokuler untuk melihat burung yang bertengger jauh di atas pohon. Beberapa kelompok yang beruntung, berhasil bertemu dengan Keluarga Owa Jawa kelompok A di sekitar HM 10. Sontak anak-anak berkumpul dan terdiam mengamati Owa yang bersuara dan berpindah pohon. Anak Owa yang sudah bisa terlepas dari induknya teramati mulai bereksplorasi dengan tubuh kecilnya berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Anak-anak terlihat kagum dan berhenti di lokasi tersebut kurang lebih selama 15 menit, sambil menulis cerita pertemuan dengan keluarga Owa Jawa di buku aktivitasnya masing-masing.  

Setelah dua jam trekking, peserta RASAMALA tiba di Curug Macan, beberapa anak sudah siap dengan baju pendeknya dan langsung berganti pakaian kemudian menceburkan diri ke dalam air yang dingin. Mereka berenang riang sambil tertawa dan saling mencipratkan air. Mereka juga bermain di sekitar air terjun. Anak senang, panitiapun juga senang. Cukup 20 menit saja bermain air, anak-anak lalu berganti pakaian dan bergerak kembali ke jalan utama dan kembali ke camping ground.  

Setelah tiba, peserta disambut kehadiran Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bapak Budi Chandra. Para peserta ditantang untuk bercerita tentang apa yang tidak boleh dilakukan di dalam hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Setelah kegiatan sharing selesai, peserta RASAMALA mengisi lembar evaluasi sederhana tentang kegiatan RASAMALA. Kegiatan ditutup dengan riang gembira, senyum terukir di wajah para peserta RASAMA yang satu persatu tos dengan panitia, lalu melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih dan sampai jumpa di lain waktu. 

Saat melihat mereka berarak pulang, tubuh lelah menjaga 57 peserta tetap terasa di pundak, namun hati juga terasa penuh dengan rasa bangga dan bahagia. Terima kasih RASAMALA 2025, tak hanya anak-anak yang belajar tentang alam, ternyata panitia juga belajar dan bertumbuh.  

Sampai jumpa di RASAMALA selanjutnya! 

0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *