• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Perjalanan Menjelajah Habitat sang “Pahlawan Hutan” Owa Jawa

Perjalanan Menjelajah Habitat sang “Pahlawan Hutan” Owa Jawa

Ditulis oleh: Ade Basyuri dan Lingga Heru Prasetio

Gambar 1. Kiri (Basyuri) dan kanan (Lingga)

Untuk mengawali tulisan sederhana ini, izinkan kami memperkenalkan diri terlebih dahulu. Ade Basyuri atau yang biasa dipanggil Basyuri dan Lingga Heru Prasetio atau yang biasa dipanggil Lingga. Yupp itulah kami, dua mahasiswa Prodi Biologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Dengan dimulainya libur semester dari semester lima menuju semester enam maka dimulai pula kewajiban kami untuk memenuhi satu kredit perkuliahan yakni Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan mata kuliah di semester enam. Banyak pilihan yang dapat diambil untuk memenuhi PKL ini, namun pilihan kami jatuh kepada dunia konservasi. Kecintaan kami kepada alam membuat kami tergerak untuk mencoba mendalami bagaimana kehidupan yang ada di alam (hutan) khususnya satwa primata. Owa Jawa pun kami pilih karena dikenal dengan kehidupannya yang berkelompok dan suara unik yang dimiliki Owa Jawa, serta perannya sebagai agen penyebar benih sehingga dapat membantu dalam regenerasi hutan yang menjadikannya salah satu “Pahlawan Hutan”. Dan tentunya banyak hal lainnya yang ingin kami ketahui dari Owa Jawa yang merupakan satwa asli Indonesia ini.

Gambar 2. Kampung Citalahab Sentral

Tempat yang kami pilih adalah Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA) yang berada di areal kerja Javan Gibbon Research & Conservation Project (JGRCP) dan berlokasi di Kampung Citalahab Central, Desa  Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tempat luar biasa yang bahkan tidak kami bayangkan sebelumnya. Walaupun harus melewati perjalanan yang sangat melelahkan untuk sampai disini, namun kami merasa sangat senang ketika sampai dan berkata “hufft, semangat kawan semua baru akan dimulai” sambil melihat suasana kampung yang sangat indah. Dan yupp, inilah cerita kami selama satu bulan bersama Tim Owa JGRCP-Yayasan KIARA.

Gambar 3. Rumah ‘Owa Jawa’

Rumah Owa, begitulah tempat kami tinggal selama pkl dikenal. Sebuah tempat dimana semua perjalanan, perjuangan kami bersama Tim Owa (para asisten lapangan) dimulai. Kang Nuy, Kang Isra, Kang Nandar, Kang Indra, Kang Aziz, Kang Alan dan Kang Apud, orang-orang hebat yang selalu semangat menjalani tugasnya dalam riset Owa Jawa di Yayasan Kiara. Semua kerja keras, semangat yang tercurahkan tentunya memerlukan energi yang cukup. Ada lagi satu sosok pahlawan di rumah owa yang tidak boleh dilupakan jasanya, ibu masak kami yaitu ibu Amot. Seseorang yang dengan penuh keikhlasan membuatkan kami makanan agar nutrisi kami tercukupi dan siap untuk bertugas di hutan tercinta.

Sesuai jadwal yang telah dibuat dari yayasan, kami mengikuti semua jadwal dengan sangat antusias. Di minggu pertama, kami bersama tim 1 yang diketuai Kang Isra dan ditemani dua asisten yakni Kang Aziz dan Kang Apud. Pada hari pertama ke hutan, kami tidak langsung melakukan pengamatan Owa Jawa tetapi terdapat jadwal untuk pembersihan jalur selama tiga hari yang dimulai dari hari senin hingga rabu. Pembersihan jalur sendiri merupakan kegiatan membersihkan jalan setapak dalam areal pengamatan yang mulai tertutup semak atau sisa-sisa pohon tumbang. Namun hanya dilakukan ketika memang jalan sudah sulit dilewati oleh tim. Kegiatan pembersihan jalur ini tentunya sangat bermanfaat karena dapat memudahkan tim dalam melakukan pencarian dan pengamatan owa. Pembersihan jalur bersama tim 1 dilakukan di daerah kelompok B.

Gambar 4. Pembersihan Jalur bersama tim 1

Dalam pembersihan jalur tersebut, kami pun banyak belajar dan mendapatkan informasi dari para asisten. Banyak cerita-cerita unik di hari pertama yang diceritakan oleh para asisten dengan diselingi candaan-candaan yang mereka lontarkan. Ada satu momen ketika sedang membersihkan jalur, Kang Isra yang berada di posisi paling depan berhenti dan mengambil sebuah daun dan menggosok daun tersebut dengan kedua tangannya. Setelah itu, Kang Apud dan Kang Aziz mencoba hal yang sama karena Kang isra menyuruhnya dan setelah itu mereka mencium aroma daun yang telah digosokkan tersebut. Akhirnya mereka pun tertawa dan menyuruh kami mencobanya. Akhirnya kami pun mencobanya dan Kang Apud bertanya “gimana baunya? Enak?” Sambil sedikit tersenyum. Setelah kami mencobanya, kami mengatakan bahwa baunya tidak sedap. Kang Apud dan kang Aziz pun tertawa dan mengatakan bahwa daun tersebut memang bau dan daun tersebut dikenal dengan daun “hihitutan” atau kurang lebih berarti “kentut-kentutan” dan yaa sudah tentu beraroma tidak sedap.

Meski fokus dalam pembersihan jalur. Tidak lupa pula kami mengamati semua yang ada di hutan, salah satunya adalah pohon-pohon berukuran sangat besar seperti pohon rasamala dan puspa yang merupakan pohon yang biasa menjadi pohon tidur Owa Jawa di hutan ini. Sambil mengamati sekitaran, kami pun berharap juga dapat melihat owa untuk pertama kalinya di habitat aslinya. Namun, sayangnya selama hari hari pembersihan jalur kami tidak kunjung bertemu dengan Owa Jawa, hanya sempat mendengar suara calling owa dari jauh, dan bertemu lutung.

Setelah tiga hari pembersihan jalur di kelompok B, akhirnya kami mendapatkan kesempatan yang sudah kami tunggu-tunggu yakni pengamatan Owa Jawa. Pada hari kamis dan jumat kami melakukan pengamatan harian Owa Jawa kelompok A. Pengamatan dimulai dengan berjalan terlebih dahulu ke tempat pembagian jalur pencarian. Tim dibagi menjadi tiga bagian dan masing-masing mencari ke 3 jalur berbeda. Setelah dibagi, kami pun bergerak menyusuri jalur masing-masing untuk mencari keberadaan Owa kelompok A. Dengan ciri khasnya para asisten yang mengguanakan handie talkie saling bertukar kabar di jalurnya masing-masing.

“rasamala, lolo-lolo masih sepi belum ada tanda-tanda, sepi.. sepi…” ucap salah satu asisten.

Namun sayang sekali pencarian di hari kamis tidak membuahkan hasil, dikarenakan turun hujan yang deras dan kami pun memutuskan untuk kembali pulang ke rumah owa. Pencarian berlanjut di keesokan harinya, dan akhirnya kami pun dapat bertemu dengan Owa Jawa secara langsung. Kang Isra yang pertama kali melihat keberadaan Owa kelompok A pun memberi tahu lokasinya dan yang lain pun segera menuju lokasi kang isra yang sedang memantau Owa. Di kelompok A terdapat 5 individu owa yang terdiri dari Aris (jantan dewasa), Ayu (betina dewasa), Amore (anak dewasa), Awan (anak kecil) dan yang paling mengemaskan si bayi Arush yang masih digendong oleh Ayu ibunya. Setelah semua berkumpul, masing-masing asisten mengamati 1 individu owa dan kami ikut dengan 1 asisten berbeda. Yang diamati dalam pengamatan harian Owa Jawa disini adalah jantan dewasa, betina dewasa dan anak dewasa. Walau sempat tertukar dalam pengamatan ketika kang isra mengira sedang mengamati anak dewasa (Amore) yang ternyata adalah ayahnya yakni Aris (jantan dewasa). Hal tersebut disadari dengan terjadinya kawin antara jantan dewasa tersebut dengan betina dewasa (Ayu). Anak dewasa yang diamati (amore), karena telah melewati usia 8 tahun yang tandanya tidak boleh berdekatan dengan aris (bapak) dan ayu (ibu). Awan dan arush tidak diamati karena selalu mengikuti orang tuanya yang tandanya wilayah jelajahnya akan sama, beda halnya dengan amore.

Gambar 5. Pengamatan

Pengamatan Owa Jawa ini dilakukan dengan metode scan animal sampling, yang mencatat di buku pengamatan saat itu adalah Kang Isra. Sambil mengamati, para asisten pun bercerita tentang kelompok A ini. Kelompok A ini merupakan kelompok yang bisa dibilang paling kalem diantara kelompok lainnya dikarenakan saat berkativitas terutama mencari makan mereka akan diam di satu pohon dalam waktu yang relatif lama. Dalam 1 jam saja, kelompok ini hanya berpindah 2-3 pohon. Pengamatan hari itu sayangnya tidak sampai selesai hingga ke pohon tidur dikarenakan lagi-lagi cuaca yang kurang mendukung. Sekitar pukul 1 turun hujan yang cukup deras sehingga owa pun tidak terlihat lagi dan kami pun tidak ingin mengambil resiko karna dengan cuaca yang kurang baik tersebut dapat membahayakan kami sehingga kami memutuskan untuk kembali pulang.

Kemudian di minggu kedua kami pun kembali ada jadwal untuk pembersihan jalur. Kali ini kami bersama tim 2 yang diketuai Kang Nandar dan 2 asisten lainnya yaitu Kang Indra dan Kang Alan. Pemberihan jalur bersama tim 2 ini dilakukan di daerah kelompok A, kelompok yang sebelumnya kami melakukan pengamatan. Dalam 3 hari pembersihan jalur pun, beberapa kali turun hujan dan akhirnya kami pulang lebih awal. Pembersihan jalur kali ini juga lebih enak dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh seperti di kelompok B sebelumnya.

Gambar 6. Pembersihan Jalur bersama tim 2

Setelah pembersihan jalur bersama tim 2, sama seperti minggu sebelumnya kami pun langsung melanjutkan untuk pengamatan di 2 hari setelahnya. Pengamatan Owa bersama tim 2 ini dilakukan di kelompok S, kelompok yang dikenal dengan rumahnya yang jauh dari rumah owa. Tidak hanya jauh, medan menuju kelompok S juga cukup menantang. Melewati persawahan dengan jalan setapak kecil dan berada di pinggir sungai yang tentunya membuat kami agak deg-degan saat melewatinya. Ditambah harus melewati sungai sekitar 3 kali dengan arus yang lumayan deras. Kelompok S ini terdiri dari Sahri (jantan dewasa), Surti (betina dewasa), Sanha (anak dewasa), Setia (anak kecil) dan si mungil yang sudah aktif yaitu bayi Soojong yang kami selalu panggil “Si Bocil”.

Saat pencarian owa kelompok S juga kami lewati dengan rintangan yang luar biasa. Namun tidak seperti kelompok A, saat pencarian kelompok S ini kami lansung dapat bertemu dengan owa walaupun harus melewati 2 putaran pencarian.  Untuk pengamatan kali ini, kami mulai mencoba untuk belajar pencatatan scan animal sampling secara bergantian perharinya. Beruntungnya pengamatan di hari itu dalam keadaan cuaca yang cukup mendukung sehingga pengamatan dapat dilakukan hingga ke pohon tidur. Pertama kalinya kami melihat owa tidur dan ternyata memang sangat unik karna posisi mereka tidur adalah dengan duduk di ujung dahan pohon atau dengan berbaring. Setelah mereka semua terlihat diam atau tidak melakukan aktivitas lagi, kami pun bersiap untuk kembali pulang dan pengamatan hari itu pun selesai.

Keesokan harinya kami harus berangkat lebih pagi karena harus mencapai pohon tidur sebelum mereka berpindah tempat, tujuannya adalah agar mudah mencari keberadaan owa jawa. Dengan kembali melewati jalan yang luar biasa menuju ke pohon tidur kelompok S, kami lebih berhati-hati karena kondisi yang masih cukup gelap. Hingga akhirnya kami sampai dan dapat mengamati owa kelompok S. sayangnya, pengamatan hanya dapat dilakukan hingga siang hari dikarenakan owa kelompok S yang berpindah naik menuju perbatasan dan menghampiri kelomok B hingga akhirnya mereka tidak terlihat lagi. Kami pun memutuskan untuk kembali pulang lebih awal.

Pengamatan harian Owa Jawa selanjutnya kami lakukan di kelompok A dan S pada minggu ketiga dan Kelompok B dan S pada minggu keempat. Untuk pertama kalinya pengamatan di kelompok B, kami cukup sulit untuk berjumpa dengan owa nya. Selain kelompok B yang memang terkenal dengan daya jelajahnya yang cukup jauh karena keaktifannya dalam bergerak, juga saat itu kondisi cuaca sangat tidak mendukung sehingga kami beberapa kali harus pulang lebih awal. Bahkan dari 3 kali jadwal pengamatan di kelompok B, hanya di hari ketiga kami dapat berjumpa dengan mereka. Kelompok B ini terdiri dari Kumis (jantan dewasa), Kety (betina dewasa), Komeng (anak dewasa) dan Kendeng (anak kecil). Kelompok ini lah satu-satunya yang tidak memiliki bayi.

Gambar 7. Owa Jawa

Dari ketiga kelompok tersebut, menurut kami kelompok S memang yang paling berkesan dalam pengamatan selama PKL. Dengan keaktifannya dalam bergerak seperti kelompok B, ditambah dengan medan yang sangat luar biasa tentunya sangat berkesan sekali bagi kami. Merasakan naik turun hutan, melewati jembatan alami berupa pohon besar tumbang, bulak-balik sungai hingga terpeleset dan basah merupakan pengalaman yang tentunya sangat berkesan bagi kami. Selain itu ada satu momen ketika pengamatan di 2 hari terakhir di kelompok S ini. Ketika kami sedang beristirahat dan makan siang, tiba-tiba ada ranting yang jatuh dan yang membuat kami terkejut adalah bersamaan dengan jatuhnya ranting tersebut ternyata si bayi Soojong pun ikut terjatuh. Kami pun sangat khawatir pada awalnya karena soojong masih sangat kecil, namun syukurnya bayi soojong baik-baik saja. Setelah terjatuh ke tanah, ia langsung berlari ke pohon terdekat dan kembali menghampiri sang ibu Surti. Setelah keadaan itu pun kami masih sedikit cemas dengan keadaan Soojong, namun kami pun akhirnya lega karena soojong terlihat sudah mulai berjalan lagi di pohon dan bermain bersama kakak-kakaknya.

Tidak lengkap tentunya jika kami tidak mengenal warga sekitar selama PKL ini. Salah satu yang dapat membuat kami kenal dengan warga adalah dengan adanya pendidikan konservasi. Pendidikan konservasi ini kami lakukan sebagai tugas tambahan yang diberikan dimana kami dapat berbagi ilmu, belajar bersama dengan anak-anak di kampung Citalahab Central ini.

Gambar 8. Pendidikan Konservasi

Pendidkan konservasi yang kami lakukan ini dilakukan tiap akhir pekan di hari sabtu bertempat di rumah owa. Materi yang kami berikan terdiri dari Dunia Primata, Pengolahan Sampah plastik menjadi ecobrick, dan juga Praktik Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah batang pohon pisang. Dunia primata dan pengolahan sampah kami lakukan di minggu pertama dan minggu kedua bersama anak-anak. Sedangkan Praktik Pembuatan POC kami lakukan bersama dengan SMK Kehutanan dan Teman-teman dari ekowisata IPB yang sedang melakukan PKL di Resort Cikaniki. Senang sekali ketika kami melihat semangat yang terpancar dari anak-anak kampung Citalahab untuk belajar bersama kami. Bahkan mereka datang jauh sebelum waktu belajar dimulai. Semangat yang tertular kepada kami sehingga kami pun semangat untuk belajar bersama mereka.

Seperti itulah perjalanan kami selama PKL di JGRCP-Yayasan KIARA, banyak sekali yang kami dapatkan dari sini. Tidak hanya ilmu dan pengalaman di lapangan, tetapi juga bagaimana kedekatan, kehangatan, kebaikan hati yang selalu tercipta di segala suasana yang belum tentu dapat kami rasakan di tempat lain. Suka duka yang kami rasakan pun memberikan kami pelajaran untuk lebih baik lagi kedepannya. Terimakasih banyak tentunya kami sampaikan kepada semua yang terlibat dalam segala proses kami selama PKL, kami bersyukur sekali dapat mengenal dan berproses bersama. Tentunya tidak akan pernah kami lupakan semua yang telah terjadi di tempat luar biasa ini.

Setiap pertemuan pasti berujung perpisahan, setiap yang berawal pasti berakhir, dan setaip langkah awal yang yang tercipta tentunya akan ada langkah akhir yang menutup semua cerita perjalanan. Namun perjalanan kami tentunya tidak akan berakhir disini, semoga akan ada banyak hal luar biasa lainnya yang dapat kami rasakan.

Salam Lestari, Salam Konservasi!!!

Sampai Jumpa!

1 thought on “Perjalanan Menjelajah Habitat sang “Pahlawan Hutan” Owa Jawa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *