Sayangi Lindungi Owa: Membawa Suasana Habitat Owa Lebih Dekat Dengan Masyarakat
Penulis : Indah Puspita (volunteer KIARA/Uni Konservasi Fauna IPB)
Yayasan KIARA merupakan salah satu yayasan yang fokus pada pelestarian owa jawa turut merayakan Hari Owa Sedunia. Bersama dengan Rumah Kopi Ranin, KIARA mengadakan acara perayaan Hari Owa Sedunia dengan tema Rayakan Hari Owa: Berselaras Kembali Dengan Alam. Acara ini terdiri dari 2 sesi, yakni sesi 1: Mindfulness untuk usia dewasa dan sesi 2: storytelling owa serta ecoprint untuk usia anak-anak. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 28 Oktober 2023.
Saya bersama 6 teman-teman Uni Konservasi Fauna IPB, berkesempatan untuk menjadi volunteer panitia dalam acara ini. Peserta acara ini terdiri dari kurang lebih 20 orang dewasa untuk sesi mindfulness dan 18 orang anak-anak untuk sesi storytelling dan ecoprint. Dalam pelaksanaannya, KIARA didukung oleh Rumah Kopi Ranin untuk menjadi lokasi kegiatan. Rumah Kopi Ranin memiliki suasana yang asri, sehingga mendukung kegiatan untuk memberikan pengalaman berkegiatan di alam kepada peserta.
Bagi sebagian orang mungkin sudah familiar dengan Owa, namun bagi sebagian awam lainnya, owa masih menjadi satwa yang asing bagi mereka. Acara ini dibuat dengan tujuan kampanye untuk memasyarakatkan konservasi serta menjadi cara untuk mengkomunikasikan sains kepada masyarakat.
“Kami ingin mengkomunikasikan sains kepada masyarakat dengan cara out of the box, maka keluarlah ide ini. Tentunya juga didukung oleh Pak Tejo selaku pemilik Rumah Kopi Ranin”, ujar Kak Rahayu sekalu ketua Yayasan KIARA saat pertama kali menyampaikan latar belakang acara ini kepadaku.
Sesi mindfulness diikuti oleh usia remaja hingga dewasa, yang bertujuan untuk memberikan latihan kesadaran diri. Uniknya, mindfulness diiringi lantunan suara owa jawa dan kicauan burung yang direkam langsung dari habitatnya. Merinding tentunya, nyanyian owa jawa selalu menjadi favoritku ketika berkegiatan di hutan, tidak kusangka nyanyiannya bisa dijadikan media meditasi yang memberikan ketenangan dan perasaan gembira.
Setelah meditasi, para peserta diajak untuk berdiskusi ringan mengenai owa jawa serta pengalamannya setelah mengikuti kegiatan ini. Sebagian dari mereka masih awam dengan owa, bahkan ini pertama kalinya mereka mendengar suara owa meskipun baru melalui rekaman. Mereka juga menyampaikan, ketertarikan mereka untuk mengikuti kegiatan ini adalah karena penasaran dengan metode mindfulness atau meditasi dengan suara satwa. Dalam diskusi, Kak Rahayu juga mengenalkan bayi owa yang baru saja lahir di Hutan Halimun, dan sebagai bentuk rasa syukur, peserta diberikan bubur sumsum dengan gula aren yang didatangkan langsung dari Halimun yang merupakan habitat owa jawa. Untuk menambah suasana, kami juga menampilkan foto bayi owa, kain ecoprint yang dibuat oleh Ambu Halimun, serta biji-bijian buah yang menjadi pakan owa.
Adapun untuk media edukasi kepada anak-anak, pada sesi selanjutnya diadakan acara storytelling dan ecoprint. Storytelling ini membawa cerita “Owa Butuh Hutan, Hutan Butuh Owa” yang dibawakan oleh Om Gembi. Cerita ini diperagakan menggunakan media wayang owa untuk memberikan visualisasi tokoh kepada anak-anak. Selama kegiatan, anak-anak sangat antusias! Apalagi ketika bernyanyi bersama dan diminta untuk menirukan suara owa. Tak hanya itu, kegiatan dilanjutkan dengan ecoprint pada tas kanvas menggunakan teknik pounding. Teknik ini dipilih karena cukup mudah untuk dilakukan oleh anak-anak. Hal ini memberikan pengalaman kepada anak-anak dalam membuat ecoprint dan mengenal alam sekitarnya. Setelah kegiatan selesai, anak-anak berfoto bersama dan menyantap bubur sumsum yang telah disediakan.
Owa menjadi satwa kunci yang keberadaannya penting untuk dilestarikan. Mungkin masih banyak orang yang asing, maka dari itu inilah tugas kami untuk mendekatkan dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Harapannya, semakin banyak orang-orang yang peduli terhadap Owa, satwa serta habitatnya.
Selamat Hari Owa Sedunia! Sayangi Lindungi Owa!