• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Kisah Perjalanan Mengejar Owa dari Ujung Timur Pulau Jawa

Kisah Perjalanan Mengejar Owa dari Ujung Timur Pulau Jawa

Pada suatu hari di pegunungan halimun… eh sebelum bercerita perkenalkan kami adalah Asfuni! Aslam, Furo, dan Nina. Muhammad Aslam yang biasa dipanggil Aslam, Furoda Taqsilah Riyadloh yang biasa dipanggil Furo, dan Sabrina Fillah Ginan Nafsih yang biasa dipanggil Nina. Kami adalah mahasiswa semester 7 Program Studi Kehutanan, Universitas Brawijaya yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Kami bertiga memiliki minat yang sama yaitu konservasi. Pada saat itu kami diwajibkan melaksanakan kegiatan magang untuk memenuhi kredit semester. Cukup rumit awalnya, tapi kami bertiga memantapkan hati untuk berada di Yayasan KIARA. Kami memilih magang disini karena Yayasan KIARA memiliki fokus pada tiga program, yaitu konservasi Owa Jawa, pendidikan konservasi, dan jejaring konservasi.

Selama magang kami mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. Kami akan berbagi cerita selama magang berdasarkan sudut pandang kami masing masing (ini karena kami saling berebut siapa yang mau menulis artikel, hehehe).


Selamat membaca, Salam Konservasi! Lestari!

Aslam

Haloo guyss, ini cerita versi kuu!!! Sebenarnya banyak cerita yang ingin saya sampaikan, tetapi pada kali ini saya hanya dapat menyampaikan beberapa saja. Pada awal saya magang di KIARA sungguh saya sangat senang. Hal itu karena saya dapat mengeksplorasi lebih dalam tentang hutan yang ada disekitar asal saya. Selain itu, saya juga dapat bertemu salah satu satwa endemik indonesia di habitat aslinya. Saya juga mendapatkan banyak ilmu terkait konservasi satwa liar terutama owa jawa. ilmu yang saya dapatkan selama magang disini meliputi perilaku owa, area jelajah owa, makanan owa, menggunakan alat-alat pengamatan seperti binocular, hagameter, dan rangefinder. Saya juga diajarkan untuk tidak berinteraksi secara langsung terhadap owa dan tidak berisik ketika dekat dengan owa. Hal ini untuk mencegah owa tersebut terhabituasi terlalu parah, karena ketika habituasi yang terjadi pada owa terlalu parah, dapat mengancam owa tersebut. Satu hal penting yang saya sadari disini, bahwa upaya konservasi tidak hanya dilakukan secara langsung terhadap objek konservasinya. Melainkan kita dapat secara tidak langsung seperti pendidikan konservasi kepada anak-anak, Masyarakat sekitar hutan, dan juga siswa sekolah dasar. Hal tersebut karena kita dapat menimbulkan rasa peduli lingkungan kepada Masyarakat sekitar, sehingga dapat mencegah Tindakan hal-hal yang dapat mengancam kelestarian.

Owa Jawa (Hylobates moloch)

Selama saya magang disini banyak hal yang diluar perkiraan saya, dimana medan monitoring owa yang kami harus lalui cukup menantang. Dimana medan tersebut areal perbukitan yang memang tidak ada jalur khusus, sedangkan kita diharuskan mendaki dan menuruni bukit untuk mengikuti owa. Bahkan tak jarang kami harus mendaki gunung kendeng untuk mengikuti owa. Namun, yang menjadi tantangan utama selain medan yang sulit adalah harus mengikuti owa dan juga asisten KIARA yang dapat berjalan sangat cepat seperti motor gigi empat. Tak jarang saya tertinggal dan khawatir jika tersesat. Selain itu, terkadang kita harus berangkat lebih awal untuk mengejar owa pergi dari tempat tidurnya, sehingga kita tidak harus mencari owa tersebut lagi. Hal tersebut sungguh sangat melelahkan, terlebih jika lokasi owa berada sangat jauh dan kita diharuskan menanjak. Sungguh pagi-pagi disaat orang lain bersiap mandi untuk kerja kita sudah mengejar owa dan mandi keringat.

Keseruan Monitoring Owa Jawa bersama Asisten lapangan

Selama monitoring owa bersama tim KIARA terdapat banyak kata-kata motivasi yang dapat menambah semangat saya. Kata-kata motivasi yang pertama kami dengar “tenang sudah jam 3” tentu hal tersebut membuat saya senang, karena ketika jam 3 biasanya owa sudah mulai bersiap tidur. Namun hal itu hanyalah kata-kata motivasi yang fana, karena ketika saya lihat jam, masih jam satu. Lalu dibalas “iyaa udah jam tiga…..belass” ujar asisten. Selain itu, kata-kata motivasi yang sama juga fana yaitu adalah “tenang abis ini turunan doang”, tetapi ketika saya telah melalui turunan terdapat tanjakan yang cukup menantang. Sungguh kata-kata motivasi yang keluar hanyalah fiksi. Tak jarang juga kita bercanda-canda sehingga membuat kita semua tertawa saat menunggu waktu pulang (owa tidur). Namun candaan seperti itu antara kami dengan asisten adalah hal yang membuat kami seakan lupa dengan kelelahan yang seakan telah melahap diri kami. Sungguh candaan dan tawa yang sangat tepat di waktu yang berharga. Hal itu semua yang membuat saya nyaman berada di sini.

Nina alias Amel

Halo, sobat kiara! sepertinya tidak akan cukup untuk menuliskan cerita selama 45 hari ini, tapi akan aku coba rangkum beberapa titik balik yang sangat berkesan.

(1) Kesan pertamaku ke halimun. YA ALLAH jauh dan indah sekali. Halimunnya secantik itu, sedingin itu, dan se-menghangatkan itu. Kesan kedua saat monitoring, tidak pernah terbayang dalam pikiranku akan seseru ini. gambarannya seperti ini “saat amin paling serius adalah mendoakan owa makan banyak di satu pohon dan tidak pindah-pindah, serasah licin, tanjakan 80 derajat++ yang membuat dagu mencium lutut, mempelajari owa dari tidur hingga tidur lagi dan membuat diri termenung di dalam rapatnya tutupan hutan ‘Tuhan se-begitu kompleksnya ya, menciptakan dunia’,bangun kemudian jatuh lagi, kena duri, nyusruk, nanjak terus, kepleset terus, aduh serasah ini licin sekali, eh tapi harus tetap jalan, owa-nya di depan tuhhh!!” Nah, kurang lebih seperti itu.

Monitoring di lapangan

(2) Setiap hari selalu ada pengalaman, pelajaran dan keseruan baru, salah satunya adalah nama “amel” yang diberikan oleh Kang Isra (salah satu asisten) saat pertama kali bertemu. Saat itu kita istirahat di bawah pohon owa yang diamati sedang makan, lalu kang isra menawarkan kue padaku, tapi sepertinya kang isra lupa namaku. Lalu beliau berkata “Ini, makan, masih sisa satu, siapa namanya, mel-amel” sontak kami tertawa dan disitu kang isra memanggilku amel dan terciptalah panggilan itu. Yang kedua yang paling berkesan adalah saat menjelajah kelompok S dan mengikuti kelompok S (kali ini lagi-lagi, bersama kang isra mengikuti Surti-ibu owa kelompok S), aku sempat nyusruk ke bawah turunan licin dan “membuat jalan”, lalu siangnya aku sempat (hampir) terpatuk ular beludak di tanjakan, padahal ularnya hanya lewat dan sepertinya tidak sengaja terkena injak kang isra hingga moncongnya rusak… Untunglah selamat, kemudian apakah sudah selesai? Oh tidak kisanak, sejam setelah itu melewati sungai, aku tergelincir di pijakan batunya, kemudian srettt.. BYURRRR~ ya benar saudara-saudara, aku terjatuh dan basah kuyup! Di satu hari itu sangat memberikan kesan padaku di siang itu karena aku juga tetap harus belajar monitoring dan mengikuti owa jawa hingga tidur. Untunglah, sore harinya aku dapat memotret Setia (anak kelompok S) dengan jelas!! Sungguh hadiah dan kejutan yang istimewa!

Meluncur dan tercebur di area pengamatan Kelompok S
Setia, Individu remaja Kelompok S

(3) Tidak hanya mempelajari tingkah laku owa jawa di habitat aslinya dan belajar bagaimana konservasi owa jawa, aku juga belajar bagaimana cara untuk membagikan ilmu yang ku dapat di lapangan kepada anak-anak sekolah dasar yang menjadi target Pendidikan Konservasi (salah satu program Yayasan KIARA). Tentunya hal ini menjadi tantangan tersendiri bagiku untuk menjelaskan kepada siswa sekolah dasar tentang bagaimana kita harus menjaga alam dan owa jawa karena mereka hidup berdampingan. Apakah mudah? Ya jelas. Tidak:) Apakah menyerah? Jelas, Tidak. Satu hal yang aku sadari, pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata merata, dan itu menjadikanku mawas diri untuk tetap menjadi ‘penyalur’ dan harus tetap “kembali kepada masyarakat” khususnya pada generasi muda. Seperti yang Bu Ayu bilang padaku, “Kalian sebagai mahasiswa punya privilege, dan privilege itu yang harus kalian bagikan” sangat melekat untukku.

Bersama anak-anak SDN Rimba Kencana

(4) Halimun mengajarkan aku banyak hal, mulai dari pencoretan kata “menyerah” apapun keadaannya, pengetahuan tentang owa jawa yang berperan penting atas keseimbangan dan penjagaan ekosistem, hingga hubungan antara manusia dan masyarakat sekitar area hutan dalam menjaga alam. Tidak akan cukup semua ku torehkan kesini, tapi secara mental, fisik pengetahuan dan spiritual, aku sudah selangkah dari aku yang dulu di bidang konservasi dan lingkungan.

Furo

Halo juga, semuanya! Sama seperti yang lain banyak sekali ceritaku selama di lapangan yang tidak cukup untuk dituliskan semua disini. Ah… semua sangat berkesan bagiku, halimun akan menjadi pengalaman terbaik selama hidupku. Aku akan mulai dari cerita di lapangan saat kegiatan monitoring owa jawa di hutan. Kegiatan monitoring pertamaku dan teman-teman ada di kelompok B, waktu itu juga adalah pertama kalinya aku melihat owa jawa. Daerah jelajah kelompok B yang besar dan energi mereka pun sangat besar dibanding kelompok lain. Ya betul sangat capek… apalagi belum ketemu “masih sepi… sepi…” huh!, rasa capek itu seketika hilang ketika aku melihat keluarga owa jawa kelompok B yang sedang ada di pohon, aku tidak bisa berhenti mengagumi mereka. Selain owa jawa, tim asisten juga sangat keren mereka sangat berpengalaman dan kuat. Kok bisa ya? mereka melewati medan pegunungan halimun yang sangat kompleks dengan santai. Hal tersebut menjadi tantanganku setiap hari, ada saja TKP yang kami buat setiap harinya. Tapi aku selalu bangga dengan diriku dan rekan-rekanku (Nina dan Aslam) kita hebat banget “pulang-pulang kita jadi kopassus” kata kita bertiga setiap kali pulang dari hutan. Aku tidak akan lupa bagaimana tawa kami bersama tim di hutan.

Mencatat Data Monitoring menggunakan metode scan sampling

Bukan hanya di hutan, banyak juga ceritaku bersama anak-anak yang selalu bermain dan belajar bersama kami. Mereka sangat antusias dalam belajar, ya… ramai sekali selalu bertanya banyak hal. Setiap aku dan teman-teman bermain bersama mereka ada saja hal lucu yang membuat kami tertawa terbahak bahak bersama-sama. “Kak, kakak tahu tidak bedanya kakak sama jam 12 siang? Kalau jam 12 siang kesiangan, kalau kakak kesayangan” aaa sayang banget mereka sangat lucu. Begitu juga dengan Ambu Halimun, aku sangat bersyukur bisa mengikuti dan belajar dari kegiatan eco print. Mereka adalah ambu-ambu yang sangat keren, dari tangan mereka bisa menghasilkan produk yang begitu cantik. Suatu saat aku harus membelinya, haha. Hal yang berkesan lagi bagiku yaitu aku bisa bertemu dengan orang-orang hebat dan berkenalan dengan mereka. Selama magang disini aku berkesempatan bertemu dengan tamu-tamu dari luar negeri ataupun teman-teman serekan mahasiswa dan peneliti. Aku sangat senang mendengar cerita dan pengalaman mereka di dunia konservasi. Ya, sudah ya, singkatnya begitu.

Serunya Pendidikan Konservasi di Rumah Owa
Kegiatan Ecoprint Ambu Halimun

Cukup panjang, tapi itulah kisah dari kami bertiga, intinya bagi kami semua halimun sangat berkesan. Banyak ilmu, pengalaman, dan pelajaran berharga yang kami dapat disini. Kami akan selalu mengucapkan terima kasih tidak pernah putus kepada Bu Ayu, Kak Ziah, Kak Mine, Kang Nuy, Kang Isra, Kang Indra, Kang Alan, Kang Aziz, dan Kang Apud yang telah memberikan kami kesempatan untuk belajar disini dan membantu kami selama melaksanakan kegiatan magang. Terima kasih juga untuk Kak Icha yang menjadi teman sekaligus senior kami selama disini telah mengenalkan kami banyak hal, mendukung serta memberi masukan kepada kami dalam melaksanakan magang. Tak lupa juga terima kasih untuk masyarakat Citalahab Central yang telah menerima kami dengan baik selama ada disini, Aldi yang sudah mengantar kita ke Nirmala dan main poker tiap malam, Indung dan abah yang selalu mengajak kami liwetan, Mak Otih yang baik hati, Mak Uun yang periang dan suka ngajakin ngegosip bersama, Umi Amot terima kasih sudah memasak makanan yang enak setiap hari. Sehangat halimun yang memeluk Citalahab Central, terimakasih sudah menerima kami dengan sangat hangat, dan memberikan kesan yang dalam. Sampai Jumpa semuanya, Hatur Nuhun Pisan.. Asfuni undur diri.. Ateng bawa kayu, see you all, thank you! Prettttt *suara hitut kang aziz

Hari terakhir pengamatan

Terima kasih telah membaca! Salam Konservasi, Lestari~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *