
Petualangan Seru di Kampung Halaman Baru
Ada owa makan ceremai
Sehabis itu jalan-jalan
Sebelum cerita ini dimulai
Marilah kita berkenalan
Haloo, semuanya! Perkenalkan kami dari Mahasiswa semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami Trio UIN, Khazimah Wardah biasa dipangil Jimah, Khoirun Nisa biasa dipanggil Nisa, dan Nur Azzizah biasa dipanggil Jijah. Nah, kami bertiga memiliki minat dan tujuan Kuliah Kerja Lapang (KKL) yang sama, yaitu di bidang konservasi primata. Karena kami punya cerita dan tantangan yang berbeda-beda, jadi kami akan cerita dari sudut pandang kita masing-masing yaa! Let’s goooo!


Khazimah Wardah
Haii, kita kenalan lagi yuk!, nama saya Khazimah Wardah biasanya di panggil jimah. Mahasiswa semester 6 jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagian dari trio UIN. Trio UIN ini terbentuk karena saya, Jijah dan Nisa memiliki minat yang sama yakni Konservasi primata. Pada awalnya kita itu lumayan kesulitan nyari tempat yang pas buat KKL sesuai dengan minat kita bertiga yaitu Konservasi Primata, tapi akhirnya kita putuskan untuk di KIARA setelah banyak cari-cari informasi tentang KKL di KIARA. Mulai dari persiapan proposal, nyari ide untuk mini workshop, sampai berangkat ke Citalahab semua dijalankan dengan semangat dan berharap bisa kasih yang terbaik disana. Sebenarnya kalau mau diceritain satu-satu semua pengalaman disana pasti bakal banyak banget. Berikut ada beberapa yang menurut saya paling jadi kenangan.
Pertama, harus ganti jalur di hari pertama pengamatan. Hari kedua di Citalahab, saya dan Jijah kebagian melakukan pengamatan owa jawa kelompok B. Jujur, pagi itu saya deg-degan banget. Ada beberapa pikiran seperti,
“Melihat keadaan owa langsung di lapangan bakal seperti apa ya?
“Kira-kira jalurnya gimana ya?”
“Malamnya gerimis, pasti besok pagi licin”
Dan banyak pikiran-pikiran lain. Setelah sarapan dan mempersiapkan hal-hal lainnya, Saya, Jijah, Bu Ayu, Mang Isra, Kang Alan dan Kang Apud memulai perjalanan pada pukul 05.30 WIB menuju pohon tidur Owa Jawa kelompok B. Persis seperti yang saya pikirkan, jalan saat itu licin sekali. Sampai di salah satu tanjakan, saya tertinggal di paling belakang. Berusaha naik dibantu Mang Isra tapi selalu turun lagi. Posisinya seperti turun dari perosotan dengan badan tertelungkup. Kurang lebih seperti itu, haha. Saya berusaha naik terus sampai baju dan celana penuh tanah basah tetapi tidak kunjung berhasil. Akhirnya bersama Mang Isra, saya di ajak lewat jalur lain. Kalau nggak salah namanya “Jalur Bunga Merah”. Setelah menyusuri jalur itu, akhirnya bertemu lah saya dan Mang Isra dengan yang lain di pohon tidur Kumis dan Keluarga.
Rasa lelah dan nafas yang sudah mulai sesak tergantikan dengan rasa senang dan speechless bisa melihat langsung Owa Jawa di habitatnya (biasanya selalu melihat di Kebun Binatang Ragunan). Mereka meloncat lincah dengan kedua tungkai depannya menggapai tangkai yang satu ke tangkai yang lain. Duduk di pertengahan batang sambil memakan buah Ki Mokla. Saat itu saya juga berkesempatan melihat cara penulisan data aktivitas harian yang Kang Apud tulis di buku lapangan. Beberapa kali, saya dan Jijah bergantian menulis di buku lapangan itu. Selain itu, kami belajar memakai binokuler dan memotret pakan Owa Jawa.

Pengalaman kedua yakni melihat sunrise yang indah dari kebun teh. Selama beberapa hari tinggal di rumah owa, banyak orang yang bilang “kalau pagi, lihat matahari terbit dari kebun teh, bagus banget loh”. Kami bertiga tertarik dan penasaran banget. Dari malam sudah kami niatkan untuk tidur lebih awal agar besok bisa bangun lebih pagi sampai menyetel banyak alarm, hahaha. Pagi harinya sekitar jam 04.00-05.00 WIB semua alarm berbunyi bersamaan dan membuat kami bertiga bangun. Jam 05.30 WIB, kami memulai perjalanan dari rumah owa ke kebun teh. Jalanan yang gelap, suhu yang dingin, dan jalan yang agak licin karena embun pagi, tidak mengurangi semangat kami untuk melihat sunrise. Sampai di kebun teh lalu mencari spot yang pas untuk memotret.
Masya Allah, sunrisenya indah dan bagus sekali. Suasana yang awalnya gelap menjadi terang temaram, pancaran cahaya matahari perlahan menyelimuti kebun teh yang berkabut. Pokoknya indah banget, sulit dijelaskan dengan kata-kata. Sunrise saat itu merupakan sunrise paling indah yang pernah saya lihat. Selain kami, ternyata banyak pengunjung yang juga melihat sunrise di kebun teh, kami sesekali mengobrol dan saling memotret. Oiya, ada hal yang menarik juga yakni terdengar calling dari owa jawa. Kami tidak yakin dari kelompok mana calling itu berasal tapi suaranya cukup kencang hingga terdengar ke kebun teh. Minggu pagi yang indah untuk kami bertiga.

Pengalaman Ketiga, berhasil mengamati Owa Jawa seharian penuh. Ada satu hal yang kami sadari setelah beberapa kali melakukan pengamatan yakni mencari owa jawa tidak semudah yang dipikirkan. Beberapa kali kami dan akang asisten lapangan harus pulang lebih awal karena sudah hampir setengah hari mencari namun tak kunjung bertemu dengan kelompok owa jawa. Tapi, ada dua hari kami melaksanakan pengamatan sepanjang hari pada kelompok A dan S. Mau tahu yang bikin senangnya? Alhamdulillah, owa jawa dari kedua kelompok tersebut ditemukan pertama kali di jalur tempat saya berjalan. Memang bukan suatu hal yang spektakuler tapi itu sudah cukup membuat saya senang.
Ketika pengamatan di kelompok A, saya dan Kang Alan berjalan di loop trail seketika mendengar suara daun dan batang pohon yang bergemuruh. Benar saja, itu owa jawa yang sedang brakiasi dari pohon ke pohon. Pertanyaan yang muncul saat itu adalah “kang, itu siapa ya?” tapi Kang Alan bilang belum tahu pasti siapa yang lewat. Setelah itu, Kang Alan memberi informasi kepada akang asisten yang lain kalau ada owa jawa di sekitar kami. Saat itu saya belajar kalau sudah bertemu owa jawa masih ada observasi lanjutan untuk memastikan individu yang akan diamati betul-betul dari kelompok A dan diamati terus sampai yakin masing-masing individunya. Ternyata membedakan antara individu owa jawa tidak mudah. Beberapa kali saya dan Kang Alan terkecoh membedakan antara Aris (bapak) dan Amore (anak dewasa) sehingga beberapa kali pindah tempat. setelah mengobrol dengan akang asisten yang lain dan bertukar informasi, akhirnya kami memastikan satu individu yang kami amati adalah Aris (bapak). Pengamatan itu nano-nano deh rasanya. Terkadang jika owa nya duduk atau berbaring terus, saya juga akhirnya mengamati sambil duduk dan itu bisa sampai berjam-jam, bosan pastinya. Tapi jika owa nya bergerak terus, mengikutinya lumayan melelahkan karena harus mengikuti owa kemanapun ia pergi. Walaupun nano-nano, kapan lagi kan bisa monitoring owa jawa langsung di habitatnya selama seharian jadi rasanya tetap happy!!


Pengalaman yang terakhir adalah belajar bersama anak-anak dan bersatu dengan masyarakat. Selain monitoring owa jawa, kami juga melakukan kegiatan pendidikan konservasi ke SD Rimba Kencana dan SDN Malasari 03. Hal yang paling diingat adalah jarak sekolah yang jauh dari rumah owa. Melewati jalan berbatu yang kalau hujan pasti becek dan licin, berjalan ke sekolah yang dipisahkan oleh bukit dan perkebunan teh. Ketika sampai di sekolah, mendengar suara guru mengajar, melihat siswa-siswa bermain di lapangan sekolah, riuh tawa dari obrolan dan candaan membuat hati saya tiba-tiba tersentuh. Dibalik perjalanan ke sekolah dengan jarak yang tidak dekat dan jauh dari kata nyaman, mereka masih ingin sekolah dan mencari ilmu. Semangat mereka dalam mendengarkan pelajaran, bertanya atas rasa penasaran dan giat menulis apa yang disampaikan menjadi pengingat saya yang bisa berkuliah dengan nyaman untuk semakin giat belajar dan terus mengembangkan diri.
Di sekolah, kami banyak mengobrol dengan guru-guru tentang keadaan pendidikan di pedesaan. Guru-guru hebat yang rela menjalani hidup jauh dari keluarga demi mengajar siswa-siswanya. Guru-guru meminta kami untuk memotivasi siswa-siswa agar terus semangat tapi ini bukan hanya berjalan satu arah. Kami juga termotivasi untuk bisa berkembang dan berkontribusi terhadap pendidikan di sana agar lebih baik lagi.

Selain itu di sekitar rumah owa juga banyak anak-anak yang sering bermain bersama kami. Membuat pop up, mewarnai, menggambar, bermain ular tangga, jajan, bermain ke sungai, mengumpulkan batu sungai lalu melukis bersama. Kegiatan-kegiatan itu sudah menjadi kegiatan rutin kami bersama dengan mereka. Kami juga sering mengobrol bersama dengan ibu-ibu sekitar dan remaja seumuran kami. Senang sekali rasanya bertemu dengan teman baru yang sebaya. Teh Ika, Teh Pipit dan Teh Nadia kami memanggilnya. Kami berangkat ke acara rajaban bersama, mengobrol, bermain dan sempat ke curug macan lalu main hujan-hujanan. Rasa nyaman dan betah ini yang rasanya membuat saya enggan untuk pulang.


Sebenarnya masih banyak kenangan yang dapat saya ceritakan. Pengalaman dan kenangan yang tertuang mungkin hanya beberapa saja, sisanya tetap akan ada di ingatan dan hati saya. Kehangatan yang terasa bukan menjadikan kami sebagai tamu, tapi menjadikan kami seperti masyarakat asli disana. Saya yang lahir dan besar di tempat saya tinggal alias tidak punya kampung akhirnya menemukan kampung halaman baru dimana saya ingin kembali lagi kesana.
Khoirun Nisa
Halo! Kenalin aku Nisa, temennya Jijah dan Jimah yang magang bareng-bareng di KIARA.
Dari kisah perjalanan berangkat sampai perpisahan terakhir seru-seruan di Desa Citalahab from my POV bakal terangkum semua disini.
Perjalanan kami ke desa Citalahab banyak dibumbui sama perasaan deg-degan. Berangkat dari Dramaga, Bogor ke Sukabumi tepatnya di Balai TNGHS karena kita mau presentasi proposal KKL disana buat dapetin izin berkegiatan. Perjalanan muterin bukit pun dimulai. Rasa mual dan pusing karena diguncang sana-sini oleh jalan berbatu agak terbayarkan dengan pemandangan selama perjalanan. Banyak kebun teh, kebun terong, bahkan kebun durian menjadi pendukung suasana perjalanan ditemani arus deras dari Sungai yang melewati desa. Sesampainya di Balai TNGHS semua urusan administrasi berusaha kita rampungin segera disana. Setelah selesai semua urusan, baru tuh kita pergi ke desa Citalahab. Perjalananan ke desa Citalahab makan waktu 3 jam. Melewati jalan berbatu yang bener-bener batu tajem, hutan belantara, aliran sungai, dan pemandangan terakhir yang disajikan yaitu kebun teh yang menandakan desa nya sudah dekat. Sesampainya disana wiii seneng banget euyy disambut dengan baik sama Kang Nuy, Pak ReTe, beserta akang-akang asisten lapangan lainnya. Masakan Bu Amot sudah tersedia dengan ciamik pas nyampe, saking enaknya ampe mau meninggoy. Beneran deh Bu Amot kalo ikutan masterchef bisa jadi juara.
Anyway, karena kita udah sampai di desa Citalahab nih. Mari kita eksplor Citalahab bareng-bareng. Hari kedua kedatangan, aktivitas dimulai di waktu yang sangat pagi. Sekitar jam 4 pagi kita udah bangkit dari tidur dan dingin banget! Kali ini trio UIN dibagi jadi 2 tim. Nisa dan Kang Nuy berangkat bareng buat belajar sama anak-anak di SD Rimba Kencana sedang Jimah dan Jijah beserta akang-akang lainnya pergi buat ngamatin owa jawa di kelompok B. Sampai disini kita berpisah.
Pendidikan konservasi di SD Rimba Kencana dimulai dengan persiapan alat dan bahan buat bikin pop up kisah pohon Ara. Jalanan yang kita tempuh jalan kaki dipimpin oleh Kang Nuy, luar biasa berat mulai dari tanjakan-naik turunan-hampir merosot, ada sih jalanan yang rata tapi sekalinya rata jalannya berbatu dan becek. Jarak yang kita tempuh sebenernya ga jauh-jauh amat tapi ternyata butuh waktu yang lumayan yaitu sekitar 1 jam. Sebelum belajar kami sempat bertemu dengan Pak Toto yang berani buat bangun sekolah cabang disini.

Sesi belajar bersama bareng anak-anak dilakukan secara berkelompok. Pas bikin pop up keliatan banget mereka excited. Detik demi detik berlalu, waktunya mereka presentasi. Presentasi dari para siswa yang malu-malu kucing di depan kelas membuatku gemas. Mereka jago loh ngejelasin hasil karya pohon ara penuh satwa lengkap dengan penjelasan serta cara menjaganya. Dan kemudian, sesi belajar selesai dengan banyak pengalaman baru dan canda tawa.


Monitoring owa jawa utamanya adalah hal yang bikin kita bisa magang di KIARA. Kapan lagi kan melihat owa jawa langsung di habitatnya? Pengamatan owa jawa ini bisa disebut susah susah gampang. Pertama, dari wilayah jelajah owa jawa masing-masing kelompok A, B, dan S dengan rintangan yang unik. Kalau dijabarin begini, kelompok A dan B itu full parkour dari banyaknya pohon tumbang dan tebingan membelah tanah yang mengharuskan kita loncat dan lompat sana-sini seperti owa jawa saja sedangkan buat kelompok S adalah challange sesungguhnya tidak hanya pohon tumbang atau tebingan saja yang ada disini, tapi ada banyak aliran sungai numpang lewat dan lumayan deras. Beberapa kali kami kepayahan selama ngikutin pergerakan owa jawa dari bawah, untungnya ada akang asisten lapangan yang selalu siap sedia membantu. Terus dimana bagian gampangnya? Kalo owa jawa nya lagi makan dan duduk-duduk nyantai kita bisa ikutan bareng mereka, udah sih itu doang yang gampang, sisanya? Menantang dan asik mungkin itu kesimpulan paling tepat buat kegiatan monitoring owa jawa langsung di hutan. Oiya! Tidak hanya monitoring yang kita lakuin, tapi ada fenologi pohon-pohon pakan owa jawa. Proses pendataan fenomena pada pohon pakan juga diselingi dengan ngeglosor di turunan, panjat tebing, kertas formulir penuh tanah, dan kejadian lucu lainnya. Dari sini kita belajar banyak tentang perilaku asli dari owa jawa serta dinamika kehidupan keluarga dari masing-masing kelompok owa jawa.



Singkat cerita kami juga punya tugas buat ngelakuin mini workshop bareng Ambu Halimun! Mini workshop nya ada pemanfaatan barang bekas, bikin sabun lerak dan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Seru deh walaupun sekedar kegiatan begini antusiasme ibu-ibu buat belajar hal baru bareng kita patut diacungi jempol! Bahkan disela-sela kegiatan Ambu Halimun yang sibuk mereka masih bisa nyempetin buat belajar hal yang baru, ini jadi motivasi abiss buat kita ga berhenti belajar dimanapun dan kapanpun. Kita sempet juga ngikutin kegiatan Ambu bareng-bareng bikin ecoprint yang geulis pisan, cantik banget hasil tangan Ambu, sekalian di satu kesempatan abis belajar bareng di mini workshop kita berusaha ngedokumentasiin daun dan bunga buat ecoprint bareng Teh Pipit dan Teh Ika.



Bertukar cerita dan pengalaman dari warga lokal ternyata menjadi salah satu hal paling berkesan selama magang. Punya temen dan orang tua baru yang jauh sekali disana bikin pengen balik ke Desa Citalahab, dijamin kalo ada kesempatan bakal balik lagi kesini. Terlalu banyak cerita yang mau diungkapkan tapi sepertinya cukup sampai sini aja cerita dari aku. Bye bye!
Nur Azzizah
Haloooo semuanyaa! Aku Jijah, ini cerita versiku! Halimun yang sangat dingin poll dan menjadi tempat yang memberikan aku banyak pengalaman. Aku akan merangkum juga semua pengalaman dan rasa selama 30 hari. Let’s go! Aku akan mulai cerita aku pada saat monitoring owa jawa kelompok A. Kami pergi bersama Mang Isra, Kang Apud, Kang Alan, dan Kang Nuy. Nah, saat itu aku ikut Kang Apud untuk mengamati individu anak owa, kita berpisah dengan teman-teman lainnya dan menempuh jalur masing-masing untuk mencari owa. Proses pencarian ternyata tidaklah mudah, kalau kata akang-akang mah “pohon rasamala sepi…sepi…”. Sepanjang perjalanan, aku berdoa semoga kita cepat ketemu dengan owa dan akhirnya kita menemukannya! Yeyyy, kita bertemu dengan Keluarga Aris, Ayu, dan Awan. Pencatatan pun dimulai! Ini pertama kalinya aku pengamatan dan ikuti gerak-gerik anak owa di hutan. Namanya juga anak-anak, perginya cepet banget kesana kemari membawa alamat (wkwk jadi nyanyi). Seruu tapi cape dan ripuh pisan euyy. Medan jalan disana yang lumayan banyak rintangan itu jadi tantangan aku banget. Sehari ngga jatoh kayanya ngga ada deh hehe. Pokoknya harus hati-hati yaa! Monitoring owa secara langsung pokoknya challenging bangett dan belajar banyak, mulai dari gimana strugglenya mencari owa, mencatat aktivitas owa saat pengamatan, fenologi pohon, dan jenis-jenis pakan yang dimakan sama owa.



Selanjutnya kegiatan pendidikan konservasi juga banyak mengajarkan aku pengalaman. Belajar bersama siswa/i SD Rimba Kencana dan SDN Malasari 03 adalah kesempatan yang sangat berkesan. Ohhh iyaaa, jarak tempuh sekolah dari rumah owa lumayan jauh ternyata dan penuh tantangan untuk sampai sana. Yaa, jalan bebatuan. Semangat yang tak pernah padam oleh siswa/i untuk mencari ilmu menjadi hal yang patut di acungkan seribu jempol. Mereka juga sangat antusias belajar bersama kami. Pada saat itu, kami berkesempatan untuk menyampaikan materi Cincin Api dan Mengenal Pohon Ara. Banyak hal yang bisa aku petik di pendidikan konservasi ini. Ternyata benar, di Indonesia bahkan ini masih di Bogor, pendidikan itu masih jauh dari kata merata. Pikiran menjadi lebih terbuka, benar anak muda dan mahasiswa itu harus punya peran. Karena apa? Karena kita itu punya privilege! Aku percaya dengan kalimat “banyak peluang kalau kamu mau menggali” dan yaa itu benarr itu menyadarkanku kayak “wahh, selama ini aku udah ngasih apa aja yaa buat Indonesia”. Pokoknya makin semangat untuk melakukan perubahan, asik! Selain itu, kami juga bermain dan belajar bersama anak-anak Citalahab. Nahh, kami belajar membuat pop up dari sebuah kertas, cerita bersama, mewarnai dan menggambar, melukis batu dari sungai, serta bermain ular tangga. Mereka sangat senang karena katanya “kalau nggak ada kakak-kakak bakal sepiiii banget”. Pokoknya banyak banget cerita sama anak-anak, deh!


Tidak sampai disitu saja, kami bertiga juga menjadi bagian warga Citalahab. Kami berbaur bersama warga lokal, seperti mengikuti Isra Mi’raj di Kampung Citalahab Sentral dan Bedeng serta melakukan 3 mini workshop bersama Ambu Halimun. Dengan bersosialisasi bersama warga lokal, saya juga banyak belajar dan sadar. Ternyata tuhh, penting banget yang namanya berbaur dengan lingkungan sekitar. Kita bisa membuka pikiran kita, melakukan banyak hal yang selama ini mungkin dilewatin begitu aja, sama pastinya menambah cerita hidup. Hidup nggak flat-flat amat dan makin berwarna hehe. Nah, kami juga berkesempatan untuk melihat proses pembuatan ecoprint menjadi produk yang sangat cantik. Wahh, kagum banget pokoknya sama semangat dan kerja sama para Ambu Halimun!


Kalau dilanjut, masih banyak banget part-part cerita yang sangat seru. Kampung Citalahab Sentral itu jadi bagian kampung halaman baru. Kami bisa mengekspresikan dan mengupgrade diri dengan hal-hal yang tidak membosankan serta bertemu banyak orang yang super duper keren mengajarkan kita banyak hal. Aku kira ini tempat singgah, ternyata ini rumah! Mantep poll! Banyak pengalaman, kesempatan, ilmu, dan pelajaran yang kami bertiga dapatkan selama disini. Selalu kami ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Ayu, Kak Yasmin, Kak Zia, Kang Nuy, Kang Isra, Kang Apud, Kang Alan, Kang Indra, Kang Omar, dan Kang Aziz yang telah memberikan kami kesempatan untuk belajar disini dan membantu semua kegiatan kami saat melaksanakan magang. Tidak lupa juga untuk Ibu Amot yang setiap hari menyiapkan masakan yang enak banget; Ibu Ami dan Pak Jaya sebagai tempat cerita, selalu peduli, dan sering banget mengantarkan makanan; Inung dan Abah yang seperti orang tua kita sendiri; Teh Pipit, Teh Ika, dan Teh Nadia yang menjadi tour guide kami selama di Citalahab; Aldi yang mengantarkan kami ke sekolah; Ibu Roro dan Pak Nana yang selalu menyediakan seblak superr enak; para Ambu Halimun yang menjadi tempat bercerita dan belajar ecoprint bersama; serta anak-anak Citalahab (Icil, Zahra, Ayu, Alifa, Tiara, Meisya, Andika, dkk), SDN Malasari 03, dan SD Rimba Kencana yang super periang dan semangat belajar! Citalahab memang dingin, tapi kebersamaanya memberikan kehangatan yang luar biasa! Terima kasih banyak sudah memberikan cerita yang tidak bisa dilupakan!
Ada owa makan ipis kulit
Makannya di pohon puspa
Kami dari Trio UIN pamit
Terima kasih dan sampai jumpaa!!
