• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Hari Owa Sedunia: Mengenal Owa Jawa dan Habitatnya

Hari Owa Sedunia: Mengenal Owa Jawa dan Habitatnya

Ditulis oleh: Annisa Ramadani

Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan kera kecil yang memiliki ciri tidak berekor dan relatif berlengan panjang. Warna tubuhnya didominasi keabu-abuan dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah berwarna hitam. Makanan favoritnya adalah buah-buahan, tapi tak dipungkuri kalau mereka juga memakan pucuk daun, bunga, mapun serangga.

Kebiasaan primata ini pun cukup berbeda dengan primata lainnya, yaitu setia atau biasa disebut dengan monogami. Banyak informasi yang beredar dan dipahami oleh masyarakat umum, bila pasangan owa mati, maka ia tidak akan mencari pasangan lainnya dan akan hidup menyendiri sampai akhir hayat. Temuan yang teramati, diketahui bahwa bisa saja owa tersebut akan kawin lagi dengan owa lainnya ketika pasangannya mati.

Informasi tentang owa jawa

Kera imut ini ternyata termasuk yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Status keterancamannya pun sudah endangered atau terancam punah pada IUCN (International Union for Conservation of Nature) atau lembaga internasional untuk konservasi alam, dan diCITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam, termasuk ke dalam kategori appendiks I, yaitu semua jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Namun, perdagangan hewan tersebut masih marak sekali, di mana induk owa jawa dibunuh hanya untuk mengambil dan menjual bayinya.

Salah satu upaya untuk meningkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian owa di habitatnya, ditetapkanlah setiap tanggal 24 Oktober sebagai Hari Owa Internasional. Dalam rangka menyambut hari tersebut, Gibbonesia, Yayasan Kiara, dan Swaraowa melakukan kolaborasi berupa festival owa Indonesia. Di mana salah satu kegiatannya adalah reels challenge yang memuat konten tentang spesies owa di Indonesia dan bagi para pemenang akan berkesempatan mengamati owa jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau Hutan Petungkriyono.

Terdapat lima orang pemenang yang akan berangkat ke habitat aslinya owa jawa. Namun yang bisa berangkat hanya empat orang. Diantara empat orang tersebut, tentu saja ada penulis di sana. Kami semua dari berbagai macam lokasi (masih di kawasan Jabodetabek) dan latar belakang yang berbeda. Namun perbedaan tersebut tidak menghalangi kami untuk saling mengenal dan berbagi pengetahuan. Oiya, karena kami berada di kawasan Jabodetabek, maka kami berkesempatan ke habitat owa jawa yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak selama tiga hari dua malam.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan salah satu taman nasional di kawasan Jawa Barat yang menyimpan keanekaragaman hayati yang berlimpah. Kawasan tersebut memiliki beberapa destinasi yang dapat dikunjungi, yaitu  Curug Nangka, Sukamantri, Loji, Kawah Ratu, dan Cikaniki. Kalian dapat ke sana menggunakan kendaraan pribadi, sewa angkutan, maupun transportasi umum.

Cikaniki merupakan salah satu wisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang sering dijadikan sebagai lokasi penelitian. Biaya untuk memasuki kawasan tersebut ± sebesar Rp15.000. Fasilitas yang ditawarkan berupa kamar tidur, aula, gazebo, dapur, dan kamar kecil. Bila kalian ingin menginap di Desa Citalahabnya juga bisa, di sana tersedia camping ground maupun homestay. Dan pastinya, kalian bisa melakukan pengamatan satwa liar seperti elang, macan tutul, musang, babi hutan, maupun owa jawa.

Sedikit berbagi pengalaman nih selama menuju Cikaniki, kalian perlu menyiapkan mental dan amunisi yang cukup dari awal. Sebab, ketika perjalanan sudah hampir mendekati kawasan akan banyak bertemu dengan jalanan batu-batu. Jadi, gunjangan demi gunjangan akan menjadi teman perjalanan kalian. Selain gunjangan, kalian juga akan ditemani oleh banyaknya tikungan. Mengutip pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Perjuangan kalian menuju Cikaniki, tentu akan terbayar dengan pemandangan yang sangat indah dan hawa yang menyejukkan.

Pemandangan di Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Perjalanan panjang tersebut membuat kami butuh istirahat yang cukup. Ketika sampai di lokasi, kami hanya memindahkan perbekalan ke dalam homestay sambil menenangkan raga bagi yang jet lag dalam perjalanan, walau perjalanan darat ternyata cukup mengoyakkan isi perut dan pikiran. Tak banyak aktivitas yang dilakukan, sebab kami perlu energi yang cukup untuk pengamatan diesok paginya.

Pengamatan dilakukan dari pagi hari hingga menjelang siang. Jalur pengamatan yang dilalui tidak begitu berat karena kami masih berada dikaki Gunung Halimun Salak. Namun ada beberapa tempat yang terdapat pohon tumbang yang berlumut maupun melewati aliran sungai sehingga perlu lebih ekstra berhati-hati agar tidak terjatuh. Walau kenyataannya tetap akan ada yang terpeleset sih karena memang benar-benar licin.

Berdasarkan amatan penulis, satwa liar yang djumpai yaitu burung, seperti elang ular bido, layang-layang loreng, kadalan, cucak kutilang, bondol peking, walet linchi, dan wiwik kelabu. Selain itu, kalian juga dapat bertemu dengan tupai, ular, capung, kupu-kupu, maupun lutung jawa. Sayang sekali penulis belum dapat bertemu dengan owa jawa si kera imut yang menggemaskan. Semoga dilain waktu dapat berjumpa di habitatnya.

Tidak perlu berkecil hati ketika tidak dapat bertemu dengan kera imut tersebut karena kalian tetap dapat melihat berbagai macam tanaman yang menjadi pakannya. Pohon pakannya pun sangat beragam, mulai dari ficus, bambu, sampai liana. Eits, tanaman yang ada di Kawasan Cikanini bukan hanya sekedar untuk pakan saja, ya, tapi bisa juga dijadikan tempat istirahat mereka. Standar pohon tidurnya pun harus memiliki dahan yang kuat agar dapat menjaga mereka tetap di atas pohon dan bila hujan lebat, mereka pun tetap aman.

Pada sore hari menjelang malam, sambil mengobati rasa tak bertemu owa jawa. Penulis melihat ada kartu yang menarik nih untuk dimainkan. Nama kartunya “Eat and Run” buatan Kakak Fabi yang biasa dikenal dengan akun instagram Shirohyde. Kartunya unik banget, berisikan hewan-hewan yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak beserta dengan pakannya.

Cara mainnya, para pemain diibaratkan sebagai sebuah habitat. Kemudian, setiap pemain akan mengumpulkan berbagai macam pakan untuk mendapat sebuah hewan seperti owa jawa, surili, elang jawa, maupun macan tutul. Untuk memenangkan permainan tersebut, kalian harus mendapatkan tiga kartu hewan (bila yang bermain minimal empat orang). Ada kartu yang spesial banget nih, kalau kita sudah memiliki kartu owa jawa jantan dan betina, nanti kita akan mendapatkan kartu bayi owa jawa.

Eits, ternyata permainannya tidak semudah itu kawan. Sebab ada beberapa kartu yang mengharuskan kalian mengembalikan kartu makanan, mengambil kartu hewan dari pemain lain, maupun mengembalikan kartu hewannya. Di sinilah keseruan, kesengetin, dan ambisi untung menang semakin membara. Bagi anak-anak, permainan ini bisa menjadi pengetahuan baru bagi mereka. Pengetahuan yang belum tentu didapatkan di sekolah. Belajar sambil bermain, bisa menjadi salah satu cara asik untuk penyadartahuan bahwa pentingnya melestarikan hewan-hewan tersebut dan menjaga habitat aslinya.

Bermain”Eat and Run Ekosistem Halimun”

Selamat hari owa internasional. Mari, kita rawat habitat owa jawa untuk menjaga kelestariannya. Gaungkan nyanyian owa kepada dunia!

Foto bersama setelah trekking

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *