• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Pengalaman terindah yang tak akan luput dari sejarah

Pengalaman terindah yang tak akan luput dari sejarah

Sebelum memulai cerita, perkenalkan namaku Khamdatul yang sebenarnya biasa di panggil dengan nama yang sama, tapi disinilah hidupku mulai berbeda, panggil saja Atul. Aku salah seorang mahasiswa Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sedang menempuh semester 7. Di semester ini aku diwajibkan untuk menempuh program magang bersama dengan rekanku yaitu Martha (Tata) dan Gilang. Dunia Konservasi sudah tak asing lagi bagi kami, eitss,, konservasi di area urban maksudnya hehe. Konservasi Owa Jawa sangat jauh dari pikiran kami. Kami yang masih buta pengetahuan akan Owa Jawa terlebih lagi Owa Jawa yang hanya bisa ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah membuat kami menjatuhkan pilihan pada Yayasan KIARA yang fokus pada tiga topik utama yaitu konservasi Owa Jawa, pendidikan konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Kami mengambil program magang selama 6 minggu dan tinggal di “Rumah Owa” bersama orang-orang hebat, ramah, asik dan tentunya dengan pemandangan yang sempurna.

Konservasi Owa Jawa

Perjalanan magang ini dimulai dengan program monitoring Owa Jawa yang dilakukan setiap hari Senin – Jum’at. Berbagai hal yang kami dapatkan dalam program monitoring Owa Jawa ini yang pertama yaitu orientasi medan monitoring yang dilakukan di wilayah jelajah kelompok A. Disinilah kita mulai meraba dan mengerti mengenai vegetasi apa saja yang dimanfaatkan Owa Jawa. Pada hari kedua, kami mendapatkan jadwal untuk mengikuti sensus ulang titik vegetasi yang dimanfaatkan oleh Owa Jawa dan dilanjutkan dengan monitoring aktivitas harian Owa Jawa. Okee, karena terlalu banyak perjalanan seru selama monitoring, aku disini memutuskan untuk menceritakan kelompok ghosting yaitu kelompok S. kami menyebutnya kelompok Ghosting tak lain karena kelompok S sering sekali menghilang di tebingan, atau bahkan tidak dijumpai sama sekali saat pengamatan berlangsung. Langsung saja, monitoring diawali dengan membagi tim menjadi 3 untuk selanjutnya melaksanakan pencarian Owa Jawa. Monitoring kali ini aku ditemani oleh Kang Aziz dimana perjalanan hari ini dimulai dari kelompok S yang terdiri dari Sahri, Surti, Setia, dan Soojung. Aku dan kang Aziz memulai pencarian pada jalur kidul sedangkan Gilang di jalur tengah bersama bang Alan, dan Tata bersama kang Nandar memulai pencarian di jalur Cikudapaeh.

“Yok,, Masih Ficus Oren tepi sungai tempat biasa makan,, masih sepi sepi,,”  

Ucap kang Aziz pada Handy Talky kemudian dilanjutkan oleh asisten lain. Suara ini bagi kami adalah suara khas dengan nada yang unik yang selalu menemani perjalanan pencarian kami.

Tak lama kemudian salah satu asisten yaitu bang alan memberikan kabar gembira bahwa ia telah melihat kelompok S yang tengah berada di jalur tengah. Seluruh tim pun bergerak cepat menuju titik lokasi dilihatnya owa untuk selanjutnya dilakukan monitoring aktivitas harian. Para asisten segera memencet jam digitalnya sebagai tanda pengambilan data dimulai pada 10 menit pertama. Tim otomatis terbagi dengan fokusnya masing – masing dimana Aku dan Kang Aziz mengamati sang anak yaitu Setia, Tata sebagai penulis didampingi Kang Nandar yang mengamati Ibu (Surti) sedang menggendong Soojung, sedang Gilang dan bang Alan mengamati sang bapak Sahri.

10 menit pertama terlewat dengan cepat disusul dengan 10 menit berikutnya, begitu juga seterusnya. Monitoring tetap berjalan sesuai pergerakan Owa, hingga pada suatu waktu ketika Owa mulai mengarah ke tanjakan piton. Seluruh tim tetap fokus pada objek pengamatannya masing-masing tetiba

“Bruukkk…”

Suara kencang yang memecahkan kefokusan kami hingga mata tertuju pada Gilang yang nampaknya telah terjatuh akibat kondisi jalur yang licin pasca hujan. Disusul suara tawa dari seluruh tim membuat perjalanan monitoring kali ini sangat membekas dikepala.

Waktu mulai berlalu, tak terasa nampaknya jam sudah menunjukkan jam 14.10 WIB. Suara gemuruh mulai terdengar hingga Tata kesulitan melakukan pencatatan data cuaca hari ini. Kondisi Owa semakin tak karuan ketika cuaca berawan berubah menjadi gerimis kecil. Owa mulai berpindah mencari tempat makan dengan kanopi yang lebih rimbun. Seluruh tim mulai meningkatkan kefokusannya agar tidak ter-ghosting oleh Owa lagi.

Waktu mulai berlalu hingga nampaknya Owa telah memutuskan untuk mencari pohon tidur. Nampaknya mereka sudah bosan dengan cuaca yang selalu gerimis di sore hari sehingga membuat mereka memutuskan untuk tidur lebih cepat.

“Yokk, posisi tidur, S-RS-273” ucap bang Alan dengan lantang. Tak lama kemudian kang Aziz dan kang Nandar memulai pengambilan data pohon tidur.

“Duarr”

Sambaran petir mulai terdengan diikuti dengan air hujan yang mulai menembus kanopi pohon. Kami memutuskan untuk bergegas pulang mengingat jalur S akan sangat bahaya saat hujan terlebih kondisi jalur yang menyebrangi sungai. Langkah mulai dipercepat namun nampaknya Tata dan Kang nandar mulai tertinggal dan tak terlihat oleh kami. Tak lama kemudian sampailah kami pada tepi sungai untuk selanjutnya bang Alan dan Gilang meloncati batu demi batu untuk menyebrangi sungai yang nampaknya kini debit air telah bertambah tinggi. Oke giliranku menyebrang dimulai, namun karena jarak dari batu ke batu lainnya sangat jauh, aku taky akin untuk memulai loncatan hingga akhirnya bang Alan menyuruhku untuk turun ke sungai dan menyebranginya dengan menginjakkan kaki di dasar sungai. Satu kaki mulai ku turunkan untuk mencapai dasar sungai dan

“Byuurrr”

Nampaknya kakiku tak dapat menahan derasnya arus sungai ini, hingga seluruh tubuhku hanyut terbawa arus. Oh untunglah tangan Gilang berhasil menolongku, meskipun badanku basah kuyup, tak apa, syukur-syukur masih selamat. Diikuti suara tawa menggelegar menertawakan apa yang barusaja terjadi. Dan oke, aku berhasil membuat “TKP” baru di kelompok S hehe.

“Info.. Tata mandi lagi..”

Ucap kang nandar yang terdengar di handy talky. kami yang mengerti arti kalimat tersebut langsung tertawa dengan lepas dan bang Alan pun membalasnya “Atul juga sama”

Perjalanan tetap berlanjut meski tawa tersebut tak pernah berhenti hingga sampailah kami di rumah Owa. Hmm Hari ini dan hari-hari selanjutnya akan terus terkenang dan menjadi cerita indah.

Pendidikan Konservasi

Tak kalah serunya dengan program monitoring, Pendidikan konservasi nampaknya telah membawa kami pada rasa tanggungjawab yang besar. Mengikuti program Pendidikan konservasi membuat kita lebih percaya diri dan tentunya lebih mampu mensyukuri hal-hal kecil. Program Pendidikan konservasi kami lakukan setiap hari selasa di 2 sekolah dasar yaitu SDN Rimba Kencana dan SD Negeri Malasari 3 dengan sasaran siswa siswi kelas 5 dan 6. Pada minggu pertama kami mulai mengenali pada setiap karakter siswa-siswi dimana bagi kami, sasaran yang kami hadapi disini berbeda jauh dengan karakter siswa-siswi yang biasanya kami hadapi di Malang. Disini kami menemukan siswa sisiwi yang masih kurang percaya diri, pemalu, hingga mengalami kesulitan dalam membaca. Melihat kondisi tersebut, kami tak tinggal diam, kami mulai mengubah rancangan pembelajaran hingga bahan ajar yang akan kami sampaikan dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan minat belajar siswa-siswi.

Minggu selanjutnya kamipun mulai terbiasa untuk menghadapi karakteristik masing-masing peserta didik dengan rangkaian materi yang fun dan menarik seperti wayang stakeholders, dongeng lestari, fun game peta jelajah, hingga praktik membuat kerajinan tangan. Tak kalah menarik kami sangat Bahagia ketika ada agenda tahunan festival Owa Indonesia. Selain keseruan penyampaian upaya konservasi, kami juga memiliki banyak kesempatan untuk menambah relasi. Kami berkesempatan bertemu rekan-rekan hebat dari Uni Konservasi Fauna Institute Pertanian Bogor, tim dari Gibbonesia, hingga tim dari International Animal Rescue. Dalam festival Owa Indonesia tersebut kami turut serta berkontribusi memeriahkan acara dengan mengikuti kegiatan dongeng buku Salwa “Si Owa Jawa”, permainan Owa Tangga, hingga Jelajah alam sekitar bersama peserta didik yang ada. Bagi kami pengalaman ini sangat berkesan dan membuat kami lebih berpengalaman dibidang Pendidikan konservasi.

Upaya Konservasi alam tak hanya sampai sini, setiap kami memiliki kekosongan waktu, ada 3 anak desa Citalahab yang rutin berkunjung untuk belajar bersama kami akan pentingnya konservasi yaitu Zahra, Rahayu dan Alifa. Melihat semangat mereka, kami pun turut berbahagia. Banyak hal yang perlu kami bagi kepada mereka seperti pengenalan satwa dilindungi dengan fun game peta jelajah yang kami buat, mewarnai bersama hingga pada suatu waktu kami memutuskan untuk mengenalkan dunia konservasi air pada mereka. Ordo odonata menjadi fokus kami untuk diperkenalkan kepada mereka. Kamipun mengajak mereka sekedar menyusuri desa yang berdekatan dengan daerah aliran sungai. Disinilah kami melihat mereka benar-benar antusias belajar mengenai jenis capung yang mereka temui. Mulai dari Capung batu merah jambu, hingga capung jarum biru metalik pun mereka pelajari. Kami berharap semangat belajar mereka semakin membara dan mampu menyebar kepada seluruh teman-temannya.

Ambu Halimun

Perjalanan kami tak berhenti sampai Pendidikan konservasi saja melainkan kami juga mengikuti program pemberdayaan masyarakat “Ambu Halimun” melalui Ecoprint. Pada minggu pertama kedatangan kami, kami telah diberi kesempatan untuk mengikuti keseruan pembuatan produk ecoprint bersama tamu mancanegara asal Singapura. Tak hanya itu, pada minggu ke 6 kami mendapat kesempatan lagi untuk mengikuti kegiatan Ambu Halimun bersama tamu mancanegara asal Malaysia. Pertemuan dengan tamu mancanegara membawa kami pada pandangan dan pengetahuan yang luas. Tak hanya itu, keseruan dalam tiap proses pembuatan ecoprint membawa kami pada rasa kagum yang mendalam akan keindahan hasil produk ecoprint.

Berbagai pengalaman seru dan indah sudah kami ceritakan meski sebenarnya cerita ini hanya bagian kecil dari rasa kagum kami terhadap tempat ini. Kami berharap suatu hari nanti aka nada beribu alasan untuk Kembali ke desa ini. Terimakasih secara mendalam kami sampaikan kepada segala pihak yang bahkan dari awal kedatangan kami sangat diterima dengan baik hingga kami dipulangkan dengan sangat baik. Terimakasih khususnya kami sampaikan kepada Ibu Ayu, Kang Nui, Papi Isra’, A’ Amung, A’ Apud, A’Daday, Bang Alan, Bang Indra, Bunda Amot, Abah Handa, Abah Jaya, Indung Karti, Umi Ami, seluruh tim Ambu halimun dan tak lupa seluruh masyarakat Desa Citalahab Sentral yang telah membuat kami selalu nyaman dan Bahagia, juga izin yang diberikan oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *