• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Bertemu Para Konservasionis Muda di Pelatihan Survey Primata

Bertemu Para Konservasionis Muda di Pelatihan Survey Primata

Laporan Perjalanan. Oleh: Fauzia Yudanti

SwaraOwa bersama KP3 Primata UGM menyelenggarakan kegiatan pelatihan Metode Survei Primata (MSP) pada 12-15 Desember 2022 di Hutan Pentungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Kegiatan ini diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas para peneliti muda yang tertarik dalam bidang primatologi. Pelatihan yang diikuti oleh 10 peserta ini terbagi menjadi sesi pemaparan materi, praktik pengambilan data, pembuatan laporan, serta presentasi pemaparan hasil.

Hari pertama, dilakukan pengenalan mengenai kegiatan pelatihan yang disampaikan oleh Arif Setiawan dari SwaraOwa. Pelatihan MSP ini ternyata rutin dilakukan oleh SwaraOwa satu tahun sekali sejak tahun 2013 (sempat tidak dilaksanakan di tahun 2020 karena pandemi) sehingga pada tahun 2022 ini merupakan Pelatihan MSP yang ke-9. Arif Setiawan atau akrab dipanggil Mas Wawan, menyampaikan bahwa tujuan awal dilaksanakan Pelatihan MSP ini karena merasa tidak ada wadah bagi para peneliti muda dalam bidang primatologi untuk dapat berjejaring bersama. Hingga tahun 2022 ini, SwaraOwa bersama mitra telah merangkul lebih dari 150 generasi muda melalui kegiatan pelatihan ini.

Selanjutnya, terdapat sebuah pemaparan materi yang disampaikan oleh Salmah Widyastuti (mahasiswa IPB) mengenai Metode Vocal Count Triangulasi. Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan estimasi jumlah populasi owa jawa di habitatnya. Owa jawa memiliki perilaku yang unik, yaitu bersuara (calling) untuk menandakan daerah wilayah jelajahnya. Perilaku tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengestimasi populasi menggunakan metode vocal count triangulasi dengan menentukan titik keberadaan owa jawa melalui perpotongan sudut sumber suara.

Selain membahas mengenai metode, para peserta pun diberikan informasi mengenai teknik penggunaan alat Passive Voice Recorder oleh Kurnia Ahmaddin dari SwaraOwa. Alat perekam suara bioakustik terbagi menjadi dua jenis, yaitu Active Acoustic Monitoring (AAM) yang harus dioperasikan secara secara langsung ketika mendengar adanya suara, serta Passive Acoustic Monitoring (PAM) yang dapat disimpan di suatu lokasi, dimana sebelumnya telah dilakukan pengaturan jadwal perekaman pada alat. Pada pelatihan ini, alat perekam suara yang digunakan adalah PAM. Para peserta pun diperlihatkan secara langsung bagaimana kondisi alat serta cara konfirgurasi untuk mengatur jadwal perekaman pada alat tersebut.

Hari kedua, para peserta melakukan praktik pemasangan alat bioakustik serta melakukan pengambilan data menggunakan metode Vocal Count Triangulasi. 10 peserta dibagi menjadi 3 kelompok dengan lokasi titik sampling yang berbeda untuk setiap kelompok. Hal ini dikarenakan pengambilan data menggunakan sudut dan estimasi jarak, sehingga apabila terdapat satu suara yang didapatkan oleh dua atau lebih dari dua lokasi yang berbeda dapat dilakukan perpotongan sudutnya untuk mengetahui titik keberadaan sumber suara. Kondisi topografi Hutan Petungkriyono yang cukup curam pun menjadi salah satu cerita menarik bagi para peserta untuk saling bertukar cerita ketika kembali dari masing-masing titik pengambilan data.

Kegiatan pengambilan data ini dilakukan selama 2 hari kemudian para kelompok peserta mulai mengolah data triangulasi untuk dapat mengetahui berapa kepadatan populasi owa jawa di Hutan Petungkriyono. Pengolahan data triangulasi ini dapat dihitung dengan metode konvensional dan metode SECR. Untuk data rekaman suara dari PAM, analisis data dilakukan dengan menggunakan software Raven Pro 1.6 yang dijelaskan oleh Nur Aoliya dari SwaraOwa. Melalui Raven Pro 1.6 ini, para peserta dapat mengetahui frekuensi serta bagaimana penampakan sonogram untuk suara owa jawa.

Sembari berproses dalam melakukan analisis data dan pembuatan laporan, ada beberapa diskusi malam mengenai GIS yang disampaikan oleh Dr. Dirk Meyer dari Chances of Nature serta mengenai cyber campaign dalam upaya konservasi primata yang disampaikan oleh Indira Nurul Q dari Centre of Orangutan Protection. Diskusi ini semakin membuka wawasan para peserta bahwa dalam upaya konservasi primata ini dapat dilakukan oleh beragam bidang. Banyak generasi muda saat ini yang tertarik dalam bidang konservasi namun merasa sulit untuk dapat mengenal kegiatan konservasi karena memiliki bidang akademik yang berbeda. Tak kenal maka tak sayang, maka perlu adanya kegiatan-kegiatan seperti ini yang tidak membutuhkan syarat dalam bidang tertentu, sehingga siapa saja yang tertarik dapat mengenal dan memiliki wawasan yang semakin luas mengenai upaya-upaya konservasi.

Di hari terakhir, seluruh peserta dan panitia melakukan primate watching di Hutan Petungkriyono. Mulai berjalan jam 6 pagi, kami merasakan sejuk dan teduhnya Hutan Petungkriyono dan dapat melihat secara langsung primata yang hidup di Hutan Petungkriyono yaitu owa jawa, lutung jawa, dan juga monyet ekor panjang. Ada satu jenis primata yang tidak dapat kami temukan secara langsung yaitu rek-rekan (Presbytis fredericae). Selain itu, kami juga melihat adanya burung raja udang meninting serta jenis hewan-hewan lainnya.

Monyet Ekor Panjang ©Khamdatul
Lutung Jawa ©Khamdatul

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *