• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Seri Female Green Camp #2: Berkenalan dengan Keluarga Owa Aris & Ayu di Resor Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Seri Female Green Camp #2: Berkenalan dengan Keluarga Owa Aris & Ayu di Resor Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Narasi: Jasmine Alimah Savitri – Peserta terpilih Female Green Camp dari IPB University

Salah satu kegiatan yang berkesan diantara banyaknya rangkaian kunjungan Female Power Green Camp 2023 yaitu Tur Primata di Resor Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Tur Primata terlaksana pada tanggal 28 Januari 2023. Hari itu cuaca sedikit kurang bersahabat, karena sedari pagi kami tidak bertemu dengan panasnya matahari. Meskipun begitu, hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk berjumpa dengan keluarga owa. Pagi-pagi kami sudah bangun dan sarapan bersama di guesthouse Pak Ade yang terletak di Kampung Citalahab Sentral. Tak berselang lama,  kami beranjak menuju stasiun riset Javan Gibbon Research and Conservation Project (JGRCP) atau yang lebih sering disebut ‘rumah owa’ karena memang bangunannya berbentuk rumah dan digunakan untuk kegiatan riset owa jawa.

Di rumah owa, kami sudah disambut oleh Kang Nuy selaku koordinator lapangan tim JGRCP, ada pula Ka Ayu selaku ketua Yayasan KIARA, Kang Indra dan Kang Nandar selaku asisten lapangan. Tak hanya itu, kami bertemu juga dengan dua mahasiswa magang dari IPB University, Hadi dan Hestra. Ka Ayu menjelaskan beberapa hal terkait penelitian jangka panjang mengenai owa jawa yang telah dilakukan oleh tim JGRCP sejak 2007 silam, seperti beberapa kelompok owa yang diamati (kelompok A, B, dan S), silsilah keluarga setiap kelompok homerange, pakan, jadwal monitoring, dan beberapa informasi lainnya. Kemudian kami berangkat menuju hutan, dan dimulailah beberapa cerita seru di hari itu.

Mulai masuk hutan, kami masih melewati jalur yang relatif mudah dilewati meskipun sedikit menanjak. Saya yang sudah jarang turun ke lapangan, sebenarnya sedikit khawatir namun berpura-pura biasa saja hahaha. Terlebih mengetahui fakta bahwa jalur pengamatan owa itu berbeda dengan jalur biasanya, kita harus menerjang vegetasi yang lebih rapat dengan jalur yang curam dan licin, mengingat itu sontak membuat saya meringis dan menelan ludah. Kami sesekali berhenti di beberapa tempat legendaris, salah satunya papan informasi owa jawa yang sudah diperbarui oleh Yayasan KIARA.

Beruntung karena kali ini memang kegiatan tur, akang-akang asisten tidak berlari seperti biasanya (ini istilah yang saya sebut karena memang mereka jalannya cepat sekali, tanpa jeda). Saya pun masih mampu mengatur napas dan aman damai. Jalanan semakin menanjak,  saat ini kami sudah masuk ke jalur pengamatan kelompok A. Jalan setapak ini tertutupi daun, meskipun saya masih bisa melihat jalurnya dengan samar. Vegetasi pun relatif rapat, sedikit enjoy saya menikmati perjalanan ini meskipun berjalan lambat. 

Akhirnya selang beberapa menit kami berjalan, berjumpalah dengan owa kelompok A. Awalnya kami melihat seekor owa jantan muda yang diduga bernama Awan, sedang duduk di dahan pohon. Cukup lama bagi saya dan mungkin beberapa peserta Female Power Green Camp untuk menemukan setiap individu owa, yang memang pada saat itu tertutupi dedaunan yang agak lebat. Cukup lama kami mengamati mereka, hingga teramati semua individu dari kelompok A, Aris, Ayu yang menggendong bayinya Arush, Awan, dan Amore. Kali ini kami belajar hal baru, yaitu melihat langsung bagaimana owa bergerak dari satu pohon ke pohon lain menggunakan lengannya yang panjang (brankiasi), dan perilaku makannya yang menggemaskan.

Puas berkenalan dengan keluarga owa, kami kembali turun menuju jalur looptrail. Jalanan curam dan becek akibat hujan. Tak kehilangan akal, saya dan Elif punya ide yang sedikit jahil, kami namai aksi tersebut bulldozer alias meratakan jalanan sehingga jalan menjadi licin dan menyulitkan untuk diinjak bagi rombongan belakang. Gara-gara aksi tadi, teman-teman peserta Female Power Green Camp ada yang terpeleset bahkan terjatuh. Tak berlangsung lama, saya pun kena batunya karena terpeleset juga, hahaha.

Selama perjalanan, akang-akang banyak menunjukkan kami pohon tidur dan berbagai jenis pakan owa. Beberapa jenis pakan owa bahkan sempat kami coba, seperti Ficus walen yang rasanya sepat-sepat masam.

Satu perjalanan yang kembali menambah wawasan kami mengenai pentingnya hutan bagi segala makhluknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *