• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Pendidikan Konservasi
Menumbuhkan Kedekatan dengan Alam Lewat RASAMALA (Berkemah Bersama di Alam Raya) 

Menumbuhkan Kedekatan dengan Alam Lewat RASAMALA (Berkemah Bersama di Alam Raya) 

Bulan Juni telah tiba, saatnya menyambut ujian semester genap dan libur bagi siswa SDN Rimba Kencana & SDN Malasari 03 di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. 

Dua sekolah ini secara reguler dikunjungi oleh Kang Nuy sebagai fasilitator pendidikan konservasi KIARA di lapangan, bersamaan juga dengan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan magang. Materi yang disampaikan selama satu semester meliputi Owa Jawa, habitatnya, perilakunya dan hewan yang hidup berdampingan dengannya. Selain materi tentang Owa Jawa, disampaikan juga materi tentang mengenal siklus air, pengelolaan sampah, mengenal Indonesia sebagai ‘negara cincin api’ dan materi lainnya.  

Kegiatan pendidikan konservasi sudah genap satu tahun ajaran dijalankan, dan Juni menjadi bulan penutup kegiatan pendidikan konservasi dengan kegiatan praktik mengenal alam secara langsung setelah pelaksanaan ujian semester genap. Yayasan KIARA mengadakan kegiatan kemping ceria bernama RASAMALA: ‘Berkemah Bersama di Alam Raya’ pada tanggal 21-22 Juni di Camping Ground Kampung Citalahab Central, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.  

Kegiatan ini diikuti sejumlah 31 siswa dari kedua sekolah, enam guru, 21 panitia yang juga diantaranya adalah tiga orang remaja lokal yang merupakan alumni RASAMALA tahun 2017, empat panitia dari pemuda sekitar, dan 14 tim edukasi & volunteer Yayasan KIARA.  

Kegiatan dimulai di hari Jum’at pagi. Anak-anak dari kedua SD mulai berdatangan sejak pukul 7 padahal kegiatan dimulai pukul 8 pagi, antusiasme anak-anak yang membangkitkan semangat! 

Setelah anak-anak berkumpul, kita beriringan berjalan ke Camping ground. Bahagia sekali rasanya bisa mengajak anak-anak yang membawa gembolan berisi pakaian, selimut, ATK dan perlengkapan pribadi lain untuk berkemah di sekitar habitat Owa Jawa. Ini adalah saat yang tepat untuk menumbuhkan rasa ‘memiliki’ Hutan Citalahab dan isinya di hati anak-anak.  

Camping ground langsung ramai sesaat setelah kedatangan anak-anak. Kami memulai kegiatan dengan pembagian kelompok dan games. Anak-anak awalnya malu-malu karena satu kelompok dengan teman dari sekolah yang berbeda, namun lama kelamaan suasana mencair karena pendamping juga mengikuti games. Suasana mendadak ramai, ternyata tidak hanya anak-anak yang senang, tapi panitia juga!  

Hari pertama, anak-anak langsung mendapat agenda untuk eksplorasi. Pos 1, eksplorasi biota air tampak sebagian anak fokus mencari biota kecil yang menempel di batu dan yang lain memegang jaring untuk bermain air dan mencari ikan. Setelah 10 menit, hasilnya dimasukkan ke dalam kotak dan diamati dengan lup. Lucu sekali melihat anak-anak bingung pakai lup, bukannya diberi jarak dari hewan yang kecil, lup malah ditempelkan. Alhasil ukuran hewannya sama saja, tidak berubah walaupun pakai kaca pembesar. Kakak pendamping bertugas untuk mengatasi kebingungan ini!  

Sementara pos eksplorasi serangga di sebelah kelihatan sibuk banget ke sana sini memegang jaring dan mengejar capung, kupu-kupu dan serangga lain. Menariknya, ada satu anak yang berhasil menangkap tawon, dan sampel yang didapat di dalam jaring harus dipindah ke dalam plastik. Aneh bin ajaib, tawon itu berhasil dipindahkan tanpa rasa takut, memang anak-anak ini seperti terlahir dengan bahasa alam. Cepat sekali menerapkan ilmu handling serangga yang disampaikan pendamping eksplorasi.  

Pos eksplorasi mikroskop di sebelahnya tampak serius. Kak Icha sedang mengajarkan anak-anak cara menggunakan mikroskop untuk melihat hewan-hewan kecil. Anak-anak menyebutnya ‘bakteri’ walaupun belum tentu yang mereka lihat adalah bakteri. Anak-anak juga kaget melihat bentuk stomata dari daun yang berjajar dan jumlahnya banyak sekali. “Tumbuhan bernapas dengan ini!” begitu kata Kak Icha.  

Pos terakhir, pos santuy tapi berisik ‘tak tok tak tok’. Anak-anak sedang fokus membuat ecoprint dengan teknik pounding. Ini adalah metode yang digunakan untuk mengenalkan jenis pertulangan daun pada anak-anak. Saat kehabisan daun, anak-anak juga asyik mengambil daun-daun yang ada di sekitar Camping ground. 

 

Eksplorasi menjadi kegiatan yang sibuk dan menyenangkan. Keluhannya cuma satu, “ main airnya kurang lama kak!”. Tumbuh dan berkembang dengan anugrah sungai bersih dan jernih ini memang tidak membuat mereka bosan untuk bermain air, lagi dan lagi.  

Malam pun menjelang, anak-anak masih berkegiatan. Mulai dari mereview kegiatan eksplorasi, juga sudah melepaskan serangga-serangga yang mereka tangkap, dan memasak bersama! Serunyoo.. Anak-anak memasak dengan api dan kompor betulan, bukan mainan seperti biasanya bermain masak-masakan dan makan hasil masakan mereka bersama-sama! 

Setelah makan, anak-anak ketambahan energi untuk mendengarkan dongeng tentang “Owa butuh hutan, hutan butuh Owa’. Semua anak hening saat dalang bersuara, artinya anak-anak ini sedang fokus! Sesekali mereka tertawa mendengar dalang menceritakan Owa yang banyak makan lalu “blup, blup” dalang menirukan suara jatuhnya kotoran Owa Jawa dari ketinggian. Tepuk tangan riuh mewarnai tenda bersama saat dalang menutup ceritanya.  

Energi anak-anak yang masih banyak digunakan panitia untuk kembali membuat games konsentrasi. Anak-anak berbaris dengan kelompoknya dan bergerak berlawanan arah dengan perintah. Alhasil tenda bersama ramai karena banyak anak-anak yang salah melangkah. Panitia juga tidak mau rugi, langsung ikut bermain sehingga malam berjalan dengan gelak tawa peserta dan panitia RASAMALA.  

Pagi menjelang di Halimun, hawa dingin masih menyelimuti Camping ground di hari kedua RASAMALA. Suara anak-anak sudah mulai terdengar sejak pukul lima saat matahari belum memunculkan diri. Semangat anak-anak Halimun memang luar biasa!  

Untuk memulai hari, kita senam maumere dulu. Anak-anak riang mengikuti instruktur senam, diikuti bapak ibu guru dan seluruh panitia. Senam selesai, perut terasa lapar, maka saatnya kita sarapan dengan menu bubur kacang hijau. Yum!  

Agenda hari kedua adalah menjelajah Hutan Citalahab melalui jalur looptrail dari HM 16 hingga HM 0. Sejauh hampir 2 kilometer anak-anak akan berjalan. Setiap kelompok diberi jarak saat memasuki hutan agak masing-masing kelompoknya bisa fokus mengamati alam sekitar. 

Dalam perjalanan, anak-anak mengamati burung dengan binokuler, menemukan jamur, buah dan biji-bijian di lantai hutan, mendengarkan suara alam sambil mengisi buku aktivitasnya. Kelompok yang beruntung, bertemu dengan Owa Jawa kelompok A. Induk Owa Jawa Ayu teramati menggendong bayi yang dinamai Abhi, dan Arush kakaknya Abhi yang ukuran tubuhnya juga masih kecil terlihat bergerak gerak berpindah pohon. Anak-anak langsung terdiam saat memperhatikan Owa. 

Setelah hampir dua jam trekking, rombongan tiba di Stasiun Riset Cikaniki disambut Bapak Iwan selaku kepala Resort Cikaniki. Anak-anak berkumpul dan mendengarkan selayang pandang tentang pentingnya pendidikan konservasi untuk anak-anak agar mengenal Hutan Hujan Tropis Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan semua satwa yang hidup di dalamnya.  

Setelah selesai, anak-anak kembali berjalan menuju ke Curug Macan untuk bermain air! Beberapa anak sudah siap dengan baju pendeknya dan langsung berganti pakaian kemudian nyebur ke dalam air yang dingin. Mereka berenang riang sambil tertawa dan saling mencipratkan air. Anak senang, panitia pun juga senang. Cukup 20 menit saja bermain air, anak-anak lalu berganti pakaian dan bergerak kembali ke jalan utama karena sudah ada mobil ‘kolbak’ alias mobil pick up yang akan mengangkut anak-anak, panitia dan bapak ibu guru kembali ke Camping ground. Walaupun bersempit-sempitan, semua penumpang masih sempat tertawa gembira.  

Setelah tiba, anak-anak diarahkan untuk merapihkan barang pribadi dan mengumpulkannya di tenda bersama, kemudian mereka kembali ke kelompok masing-masing dan setiap kelompok membongkar tenda. Anak-anak meskipun sambil berkeringat tapi tetap bersemangat, mendengarkan arahan panitia, berkumpul mengucapkan salam dan ucapan terima kasih kemudian beriringan berjalan untuk kembali pulang.  

Kegiatan RASAMALA berjalan dengan lancar dan menyenangkan, haru menyelimuti hati saya karena dalam waktu satu bulan persiapan, kegiatan ini dapat berjalan lancar dan menyenangkan. Semoga RASAMALA tahun depan berjalan lebih ramai lagi.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *