Langkah Kecil dalam Mengenal Diri Sendiri dan Alam
Narasi: Jasmine Savitri
Power Green Camp Batch 2: Aksi untuk Bumi dari Para Muda Mudi memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk melakukan aksi nyata untuk mendukung pencegahan perubahan iklim. Sebanyak 6 (enam) orang anak-anak muda mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan rangkaian pelatihan sebagai sarana inspirasi bagi proyek yang akan mereka laksanakan. Tahun ini, para peserta berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan mengenai pengenalan diri sebagai awalan untuk memimpin proyek berbasis lingkungan yang akan mereka laksanakan secara mandiri. Bertempat di Bumi Bagja, Situ Gunung, Sukabumi, kami semakin mengenal diri sendiri serta mengukir kisah bersama. Yuk simak kisahnya yang kami bungkus dalam sebuah kisah perjalanan.
Jumat, 7 Juni 2024 merupakan hari di mana kami semua bertemu secara tatap muka untuk pertama kalinya. Perjalanan menuju Bumi Bagja memakan waktu sekitar dua jam menggunakan kereta. Kami melanjutkan perjalanan menggunakan mobil angkutan kota selama 30 menit. Hal pertama yang membuat saya cukup terpana adalah pemandangan Bumi Bagja itu sendiri. Bumi Bagja terdiri atas beberapa bangunan dengan desain unik yang berbeda-beda. Pemandangan tersebut semakin membangun suasana dekat dengan alam dan selaras dengan materi yang akan kami pelajari selama di sini.
Agenda hari ini yaitu kami pergi ke Curug Kuluwung yang ternyata medannya seperti curug-curug lainnya yang belum terjamah, alias bikin basah bosssss. Sepanjang perjalanan, Kang Isep sebagai pemilik bumi Bagja menjelaskan beberapa tumbuhan yang kami jumpai, seperti kaliandra merah yang invasif namun memiliki aroma yang enak dan kayunya dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar. Ada pula beberapa tumbuhan yang bisa dimakan, seperti pakis suuk yang rasanya seperti kacang, rotan bungbuay, reundeu, dan harendong bulu. Selain tetumbuhan, kami melewati semacam jalur air yang disebut sebagai ‘susukan burung’, arsitektur ini dibangun dari jaman kolonial Belanda dan masih ada hingga saat ini.
Cukup lama kami bermain di curug, hingga tiba saatnya kami saling berdiskusi dengan Kang Isep. Ternyata asal nama Bumi Bagja ini diserap dari Bahasa Sunda, yang artinya tempat bahagia (Bumi: rumah/tempat, Bagja: bahagia). Harapannya dengan singgah dan tinggal di tempat ini akan menimbulkan rasa bahagia, begitu yang saya tangkap. Keren ya?
Kang Isep pun bercerita mengenai program berkelanjutan yang sudah diaplikasikan di Bumi Bagja ini. Pertama, beliau mengimbau pengunjung untuk membawa kembali sampah anorganiknya, kedua melalui program peningkatan keanekaragaman tumbuhan demi meningkatnya biodiversitas hutan. Kang Isep juga mengadaptasi sistem kearifan lokal Sunda yang disebut sebagai ‘Talun’ di mana sistem ini mengolah dan mengurus pertanian secara tradisional. Langkah ini dicapai dengan cara membuat layering pada lanskap hutan agar kelembapan meningkat dan sinar matahari merata bagi setiap jenis tanaman.
Kami menyambut pagi hari yang cerah dengan senam ceria. Hari ini kami akan fokus ke materi yang dibawakan oleh Mba Galuh dari Digdaya Citta Selaras mengenai ‘Leadership Training: Penguatan Pengenalan Diri’. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, suasana Bumi Bagja sangat mendukung kegiatan belajar hari ini. Kami lebih mengenal diri sendiri melalui berbagai cara yang asik dan menyenangkan. Mulai dari mengisi tes kepribadian DISC (Dominance, Influence, Supportive, Contentiousness), Focus Group Disscussion, refleksi diri selama 6 bulan ke belakang dan dituangkan dengan media gambar, hingga proyeksi diri 5 tahun ke depan. Kami juga mempelajari materi mengenai manajemen proyek yang disampaikan oleh Kak Rahayu dari Yayasan KIARA.
Singkatnya, pelatihan ini membuat kita mengenal diri dan semakin memperkuat kita untuk menyayangi dan menghargai diri sendiri sebagai aset dan potensi untuk berkontribusi di dalam upaya pencegahan dan pengurangan perubahan iklim.