Cerita Magang Bersama KIARA Ala Kanya Varsha Riffella!
Halo guys! Sebelumnya, perkenalkan terlebih dahulu, aku Kanya, salah satu tim magang dari Rekayasa Kehutanan ITB. Karena aku punya interest terhadap wildlife, khususnya satwa, aku sangaaaat excited buat mulai perjalanan aku selama magang ini. Bayangin, setiap hari ada di tengah alam, sambil belajar langsung tentang hutan, owa jawa, dan masyarakat yang hidup harmonis sama alam. Seru banget, kan? Makanya aku mau sharing nih pengamalan seru aku magang di KIARA.
Dari sebelum berangkat, sejujurnya aku lumayan khawatir, terutama sama medan di lapangan. Apalagi, sebelumnya sempet diwanti-wanti harus banyak olahraga HAHAHA jadi aku langsung mikir medannya pasti susah nih. Begitu sampai di Desa Citalahab Sentral, perasaanku langsung berbalik. Setelah melewati akses jalan yang ‘luar biasa’ itu, semua terbayarkan sama suasana desa yang berbatasan langsung sama hutan ini. First impression aku saat itu langsung “pasti betah banget sih disini,”. Kita langsung disambut sama beberapa asisten yang pas banget baru balik dari hutan dan bertemu Kang Nuy as koordinator lapangan disini. Malamnya, kita makan malam bareng, dan yang masak makanannya itu Umi Amot—gila, masakan umi enak parah! Cerita-cerita singkat, aku bisa simpulin kalo pengamatan di lapangan itu capek-capek seru, jadi gak sabar besok.
Esoknya, kita diajak Kang Nuy ke Cikaniki. Lapor diri sembari uji coba tracking di hutan. Seru banget! Kita ngelewatin beberapa spot shooting film Hangout, kita juga mampir ke Curug Macan terus makan siang disitu, wah best feeling bgt sih, makan masakan umi Amot yang enak dipinggir sungai HAHAHA. Balik dari Cikaniki, kita sempet tuh ketemu kelompok cikaniki sama kelompok A, juga ketemu sama katak Mutiara sama kadal draco yang lagi bertelur, bahkan jejak macan pun ketemu!
Di minggu pertama, kita diajak buat ngukur DBH pohon-pohon tidur dari kelompok B dan kelompok A. Asli, takjub banget sih sama para asisten yang bisa ngukur pohon yang ada di tebing dan jurang, keren banget?! Disaat ini aku sadar kalo tracking ke Cikaniki kemaren tuh gak ada apa-apanya 😭. Selama pengukuran DBH ini juga, aku ngerasain yang namanya ‘nyerodot’, juga manjat ala spiderman karena letak-letak pohonnya yang ada dimana-mana. Duh, rasanya mau minta maaf banget sama para asisten soalnya aku ngerasa beban banget :”)
Minggu depannya, kita melakukan fenologi rutin untuk ketiga kelompok. Nah, fenologi itu kayak ilmu buat mengamati siklus hidup tumbuhan yang dipengaruhi musim. Ini juga ilmu baru nih buat kami. Di hari pertama, aku dan Shilla kebagian untuk pendataan fenologi kelompok B bareng A’mung dan Kang Nuy sedangkan Pur bareng Kang Indra dan Kang Apud untuk pendataan fenologi kelompok A. Mengitari wilayah kelompok B, lagi-lagi banyak tanjakan yang harus kita lewati dengan ngos-ngosan, sambil harus tetap jadi Sekretaris Hutan—sebutan baru buat yang lagi kebagian nulis di tallysheet hehe. Hari kedua, kita harus melakukan pendataan di wilayah S, wah akhirnya perdana kita bakal main-main ke wilayah S yang katanya medannya jauh lebih sulit daripada kedua wilayah lainnya. Di wilayah ini, aku kebagian untuk melakukan pendataan bareng Kang Indra dan Kang Apud. Mulailah kita menelusuri satu persatu plot yang ada sampai akhirnya harus ngelewatin tanjakan yang luaaar biasa curam. Beberapa kali kaki aku tergelincir dan nafas aku udah gak karuan engapnya. Walau begitu, kang Indra dan kang Apud santai banget menanjak tanjakan itu, bahkan kata kang Indra, tanjakan ini belum ada apa-apanya! Gila, sih. Padahal ini tanjakan aku nobatin jadi tanjakan paling mantep WKWKWK.
Agenda selanjutnya dan yang paling ditunggu-tunggu adalah… Monitoring owa jawa! Finally, di minggu selanjutnya kita akan melakukan agenda utama dari magang ini. Setiap monitoring, kita bertiga akan selalu dipencar sesuai sama 3 jalur pencarian; bawah, tengah, atas. Lagi-lagi, aku dibuat kagum sama skill mata elang para asisten. Entah gimana sudut pandang mereka yang bisa dengan sat-setnya nemuin owa-owa itu. Ketika kalimat khas para asisten “heeeeh, LFB LFB seeppi, sepi,” berubah menjadi “ada ibu sama bapak!” di walkie talkie, disaat itu lah rona kebahagiaan terpancar di wajah kami. Walau beberapa kali harus berakhir dengan kehilangan mereka karena berbagai hal seperti hilang ke gunung Kendeng yang medannya sungguh sulit atau hilang karena besar angin tapi hal-hal ini tidak pernah menyurutkan antusiasme kami untuk bertemu owa-owa ini. Selain itu, pernah beberapa kali kita ‘nyubuh’ untuk mengikuti aktivitas mereka sedari bangun dari pohon tidurnya. Berjalan dalam gelapnya subuh, mengharuskan aku untuk lebih hati-hati karena berjalan saat terang aja udah sulit, apalagi gelap gulita begini! Oiya, ada momen lucu juga disaat kita memantau bapak Aris (salah satu owa jawa kelompok A) sedari bangun, yaitu kita harus berwaspada terkena kotorannya karena kegiatan pertama yang Aris lakukan adalah buang air besar! Mana tepat di atas kami, wah gawat sih ini HAHA. Pernah juga kita melakukan monitoring dari subuh, saat mereka bangun hingga hampir magrib, saat mereka tidur. Di penghujung hari itu, doa aku adalah “ayo dong kalian tidur, jangan makan terus!” hehe. Di agenda monitoring ini pula kami semakin dekat dengan para asisten, melakukan pencarian harus diiringi dengan mengobrol, ngobrolin apa aja, dari mulai cerita unik kang Isra yang harus mengikuti Amore mencari jodoh ke kelompok S hingga cerita pengalaman kita yang berjuta-juta kali kepleset, lucu kan! Pokoknya, di sela pengamatan itu harus diselingi canda tawa, kalau gak bisa-bisa berujung ngantuk karena angin sepoy-sepoy di hutan sungguh menggoda iman. Salah satu hal seru lainnya adalah ketika monitoring kelompok S dan kita melakukan monitoring di dekat jalan dan pulang lewat kebun teh, bukan hutan. Ya, pokoknya ini salah satu agenda favoritku hihi.
Selain berkegiatan di dalam hutan bersama para owa jawa, kami juga menjadi warga sementara Desa Citalahab Sentral. Salah satu kegiatan menarik lainnya adalah membuat Ecoprint bersama Ambu Halimun! Ambu Halimun adalah sekumpulan ibu-ibu dan perempuan di desa ini yang membuat kain Ecoprint, dimana bahan-bahannya berasal dari kebun sendiri. Asli, aku jatuh cinta sekali sama hasil tangan para wanita hebat ini. Memanfaatkan alam sekitarnya semaksimal mungkin. Karya Ambu Halimun bahkan sudah Go International loh, keren bukan main kan! Kami diajak untuk mencoba langsung cara membuat ecoprint ini, ternyata gak segampang itu, makanya aku semakin kagum dengan bagaimana ibu-ibu ini ditengah-tengah kesibukannya tetap bisa menghasilkan sesuatu yang secantik ini. Selain itu, kami juga sempat mendemonstrasikan penggunaan biopori sebagai alternatif pengolahan sampah organik yang kami harapkan bisa berguna dikemudian hari. Selain berkegiatan bersama Ambu Halimun, hal berkesan lainnya adalah kegiatan di sela-sela waktu kosong kami seperti botram, ngeliwet, main ke sungai atau sawah, atau jajan baslok hehe. Makan selalu akan jauh lebih nikmat kalau dimakan bareng-bareng kan? Maka dari itu ngeliwet pun menjadi agenda favoritku, terimakasih ku haturkan untuk para chef, A’mung, Omeng, Aldi, dan Hamdan. Bermain kartu juga menjadi agenda seru disela waktu luang kami. Oiya, ada juga Sampang si kucing yang jadi tamu rutin rumah owa, duh gonna miss him for sure! Hal-hal ini lah yang selalu membuat rumah owa terasa hangat 🙂
Selain para owa jawa yang rutin menemaniku, ada pula anak-anak desa ini yang senantiasa berkunjung ke rumah owa. Dari mulai sekedar bermain, belajar hingga melakukan edukasi konservasi bersama. Sampai-sampai aku dapat hobi baru dari mereka, yaitu melukis batu HAHAHA. Sumringahnya anak-anak ini membuatku juga akan asik bermain bersama mereka. Main owa tangga, origami, menggambar batu, bermain puzzle, dan berbagai macam jenis permainan sudah kita coba mainkan. Di hari libur kami, biasanya mereka lah yang akan menemani kami di rumah owa. Belajar bahasa Inggris, membuat kertas daur ulang, atau main ke sawah bersama. Bahkan ketika kita harus pulang, mereka memberikan kami buket bunga dari origami dan stiker sebagai kenang-kenangan, so sweet sekali kan? Anak-anak ini lah yang mengisi banyaknya hari-hariku di rumah owa jadi pasti sangat aku rindukan.
Akan terlalu panjang kalau harus aku jabarkan satu-satu hal yang akan aku rindukan dari satu bulanku disini. Kehangatan yang diberikan sudah pasti tidak akan aku temui dimanapun. Rasanya sedih ketika harus kembali ke realita bahwa satu bulan terasa sangat cepat. Aku ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ibu Ayu dan Tim KIARA: kak Jasmine, kak Amin, dan kak Zia yang sudah memberikan kesempatan berharga ini; Kang Nuy, Kang Isra, Kang Indra, A’mung, Kang Alan, Kang Apud, dan Omeng yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga; Umi Amot, Umi Ami, Abah Jaya, Pak Ade, Bu Yuli, Teh Eli, Wa Nana, anak-anak desa dan seluruh warga Desa Citalahab Sentral yang telah membersamai kami dengan kehangatan <3. Sampai juga di lain kesempatan, semoga kita bisa bertemu kembali!