Perjalanan ke Citalahab Sentral, Perjalanan yang tak akan pernah terlupakan!
Hamirung, Ki Hiur sepiiiiiiii…. Gerbang Rasamala sepiiiiiiii.…
Ini kata- kata yang sering terucap oleh para asisten saat pencarian owa jawa dikala owa belum ditemukan, hihihihi…
Sebelumnya mari kita berpantun ria duluuu
Formasi asisten ada Omeng, Alan, Kang Indra Ada juga Kang Isra, A’ Apud, dan Amung
Nama lengkap saya Shilla Zhahira
Dari Rekayasa Kehutanan, Institut Teknologi Bandung
Sebulan menjelajah Hutan Citalahab bersama Tim KIARA Indonesia dan teman-teman @owalah.kp (Pur dan Kanya) sungguh menyimpan banyak cerita, ilmu, dan pengalaman baru yang tak terlupakan. Cerita berawal dari poster magang KIARA yang beredar saat pencarian info magang di google chrome. Saat itu saya langsung tertarik dan langsung mencari tau media sosialnya KIARA di instagram dan websitenya. Banyak sekali kegiatan dan penelitian yang sudah KIARA lakukan dengan fokusnya pada konservasi owa jawa dan pemberdayaan masyarakat. Kebetulan juga, ternyata kakak tingkat kami dari biologi (Kak Alina, Kak Zakiyya, dan Kak Faihaa) pernah magang di KIARA. Langsunglah saya tanya- tanya tentang KIARA ini ke mereka, dan WOW…, testimoninya sungguh menarik dan positif!!!
Dilatari kecintaan yang sama terhadap konservasi, tim @owalah.kp tak sabar ingin terlibat lebih jauh. Tanpa basa-basi, kami langsung menyusun proposal magang dan mengirimkannya ke KIARA. Dan, Finally! Usulan kami diterima! Dengan penuh sukacita, kami memulai petualangan magang pada 9 Juli 2024 hingga 5 Agustus 2024.
PERJALANAN MENUJU DESA CITALAHAB SENTRAL…
Perjalanan yang tak akan pernah terlupakan, hihihihi….
Pak Yana, Sang Penakluk Jalan Halimun sungguh sabar menghadapi jalan bebatuan nan berkelok untuk mengantar kami dan logistik sampai ke Desa Citalahab Sentral. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 4 jam dari Dramaga, Bogor hingga sampai di desa. Selama perjalanan, saya dan Kanya mengkhawatirkan satu hal, “Semoga telor- telor bawaan logistik kami, tidak pecah di jalan”, Hehehehe… Sepanjang jalan, kami disuguhkan pemandangan yang indah nan menakjubkan. Decak kagum akan ciptaan Ilahi gak ada duanya. Hamparan kebun teh seluas mata memandang dan rimbunnya hutan seolah lukisan indah yang tak pernah bosan untuk dinikmati.
HARI PERTAMA TRACKING…
Hari pertama tracking, kami diajak Kang Nuy untuk melakukan perizinan magang ke pihak Resort Cikaniki. Tracking pertama ini katanya sih sebagai latihan fisik juga sebelum bertempur di medan perang besoknya, hehehehe. Selama perjalanan ke Cikaniki, kami menemukan ibu draco yang baru bertelur, berjumpa dengan katak pohon mutiara, bertemu kelompok Owa Cikaniki, bermain sejenak di Curug Macan, dan bertemu jejak kaki macan yang kayaknya baru aja lewat sebelum kita deh…
Perasaan saat tracking pertama kali melewati Hutan Citalahab, ternyata seru poll loh! Kita ditantang melewati tanjakan, turunan, batu licin, pohon tumbang, dan obstacles anti mainstream lainnya. Disini saya langsung berpikir, kayaknya sebulan magang disini bakal dapet spek anak gunung deh!
Malah kata Kang Nuy mah…., keluar dari Hutan Citalahab bakal langsung diangkat jadi tentara bintang 5 lohh, HAHAHAHA….
CERITA LAPANGAN…
Minggu pertama, kami bersama tim asisten bertugas untuk mengukur DBH pohon tidur kelompok B dan A dengan bantuan GPS untuk menemukan pohon- pohon tidur Owa. Tantangan minggu pertama ini adalah, kami harus membuka jalan baru untuk menemukan pohon- pohon tidur owa tersebut dengan melewati pohon tumbang, jejeran rotan dan pandan yang sangat rapat, serta tebing dan jurang 90°. Gaya andalan yang sering saya terapkan adalah meluncur bebas pas nemu turunan, merayap kayak spiderman untuk naik ke tebing, dan tangan masuk saku celana kalau melewati formasi rotan…
Tugas selanjutnya adalah pendataan fenologi pada kelompok A, B, dan S yang dibagi menjadi 2 hari. Kebetulan hari pertama saya dan Kanya mendapat tugas pendataan fenologi kelompok B Bersama A’Azis dan Kang Nuy. Sedangkan Pur, melakukan pendataan fenologi kelompok A bersama Kang Indra dan Kang Apud. Dilanjutkan hari kedua dengan pendataan fenologi kelompok S. Hal menarik saat melakukan pendataan fenologi adalah, para asisten sudah sangat hafal letak pohon yang dimaksud dan mahir dalam menentukan kondisi tiap pohon yang akan dilakukan pendataan, mulai dari kondisi daun muda, bunga, dan buahnya. Saat itu saya membantu menulis hasil pengamatan pada lembar fenologi layak sekretaris hutan yang siap menotulensi rapat. Hari kedua di kelompok S benar-benar menguji nyali. Jalur yang harus dilalui yaitu menyebrang sungai dan memanjat tebing yang curam, bikin kaki rasanya mau copot. Sempat kepikiran, kalau sampai terpeleset, ya sudah, siap-siap deh memanjat lagi dari awal! Sungguh survival…
Nah cerita makin seru pada minggu ketiga dan keempat, saat saya melakukan monitoring perilaku harian owa jawa. Setiap pencarian owa jawa, kami harus mempersiapkan mata elang untuk melihat tiap pohon yang dilewati. Slogan kita “Ada Owa…, jangan sampai lolos!!!”
Pencarian owa jawa tidak selamanya mulus kayak jalan tol loh kawan- kawan. Tentu kami diselimuti banyak cerita, mulai dari owa jawa kelompok C bertengkar dengan Kelompok A, Aris (bapak owa kelompok A) dan Ayu (ibu owa kelompok A) hilang di Gunung Kendeng, Amore yang nampaknya kesepian gak punya teman, owa kelompok B yang malu dan akhirnya belum pernah berjumpa selama pencarian, dan owa kelompok S yang selalu membawa kita untuk olahraga memanjat ke tebing.
Saya juga pernah mengamati owa jawa kelompok A dari subuh (sebelum owa bangun tidur) hingga tidur kembali di pohon tidurnya (sekitar pukul setengah 6 sore). Sungguh pengalaman yang berharga tiada tara karena harus memulai tracking saat kondisi masih gelap dengan obstacles yang luar biasa. Selama pengamatan owa jawa, dilakukan metode scan sampling animal interval 10 menit dengan mencatat aktivitas mereka (Ayah, Ibu, dan anak) ke dalam buku lapangan. Ini sih keterampilan canggih yang didapat di KIARA, yaitu menjadi sekretaris hutan dengan selalu siap sedia mencatat dimanapun medan dan kondisinya.
“Perempuan berdaya, keluarga sejahtera, alam pun terjaga”
Slogan kece ala Ambu Halimun yang membuat hati saya terkagum- kagum oleh mereka. Ditengah kesibukan rumah tangga, mereka tetap saling bekerja sama menghasilkan karya yang menakjubkan. Ecoprint dihasilkan oleh tangan- tangan ajaib nan telaten ibu- ibu dan anak gadis Citalahab Sentral dalam setiap proses pembuatannya. Saya, Pur, dan Kanya berkesempatan langsung menyaksikan dan mencoba membuat ecoprint bersama Ambu Halimun dari awal hingga jadi kain bermotif cantik. Rasanya kehangatan saat berkumpul dengan warga menjadikan Citalahab sebagai tempat yang nyaman untuk ditinggali. Bersama Ambu Halimun dan beberapa warga, kami juga melaksanakan workshop biopori dan langsung mempraktekannya di lapangan.
BERMAIN DAN BELAJAR BERSAMA ANAK-ANAK
Kata yang kami selalu dengar setiap sore hari adalah, “Kakakkkkk main yuk….”
Yeshh, nampaknya anak- anak Citalahab sangat mudah bergaul dengan teman- teman yang magang di KIARA, tak terkecuali kami. Anak- anak sangat antusias untuk bermain dan belajar bersama. Saya yang memang menyukai anak- anak, sangat bersyukur bertemu dengan mereka. Kami tidak berkesempatan mengajar di sekolah, tapi anak- anak Kampung Citalahab Sentral ini dengan antusias datang ke Rumah Owa. Kami meluangkan waktu sabtu dan minggu untuk belajar Bahasa inggris, membuat kertas benih, belajar kerajinan origami, bermain owa tangga, dan kegiatan edukasi konservasi lainnya. Sedangkan, jika ada waktu sore hari di hari kerja, kami bermain ringan dan mengobrol dengan mereka.
UCAPAN TERIMAKASIH
Magang di KIARA rasanya seperti mendapat tiket liburan gratis di alam yang sejuk dengan perjamuan masyarakat yang amat ramah tamah. Saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ayu, Kang Nuy, Kak Jasmine, Kak Amin, Kak Zia, dan para asisten lapangan kece, yaitu Kang Isra, Kang Indra, Kang Alan, Kang Apud, Omeng, dan A’Azis yang sudah memberi ilmu dan kesempatan bagi saya dan tim untuk magang dan belajar banyak hal di KIARA. Terimakasih juga kepada Umi Amot yang selalu memberi kami makanan sehat 5 sempurna dengan kelezatan tiada taranya. Untuk Ambu Halimun yang sudah mengajarkan karya spektakulernya melalui Ecoprint. Kepada Teh Ikah, Nadia, Teh Pipit, Aldi, dan Hamdan yang mau bertukar cerita dan menemani perjalanan kami di Citalahab. Kepada anak- anak Kampung Citalahab yang sangat energik dan gak pernah habis tenaganya. Kepada Teh Elih, Wa Nana, Bu Roro yang menyediakan jajanan enak- anak, Umi Ami dan Pak Jaya yang selalu menolong, serta kepada seluruh warga Kampung Citalahab yang sangat baik kepada kami. Saya mengucapkan hatur nuhun pisan…., terima kasih atas segalanya. Citalahab seperti rumah dan keluarga bagi kami!!!