• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Cerita Dari Lapangan
Memoar Akhir Tahun 2024!

Memoar Akhir Tahun 2024!

Narasi oleh: Atalya Veranu Rufikasari

Halo kawan KIARA!

Kenalin, aku Atal, mahasiswa magang MBKM dari D4 Pengelolaan Hutan, UGM. Semester ini pihak akademik kampus kasih kesempatan seluas luasnya buat mahasiswa prodiku mencicipi berbagai bidang pekerjaan, terutama di bidang kehutanan. Aku si awam satwa ini menjajal pengalaman di NGO konservasi owa jawa, Yayasan KIARA selama bulan September – Desember. 

Mau tau alasannya apa? Kalau tau mungkin akan bilang “haha, haduh, alasannya sepele, tidak bermutu, gaada sisi akademiknya blass”.

Novel Dee Lestari, “Supernova 4: Partikel” adalah jawabannya. Artikel ini bukan ditulis untuk mereview isi buku yang amat menarik dan well research itu. Tapi singkatnya begini, Partikel adalah titik awal aku tertarik baca tentang “primata”. Bermula dari situ, aku jadi lebih rajin cari informasi tentang program internship Yayasan KIARA.

Setelah huru-hara mengurus persuratan ke kampus, pihak KIARA, sampai BTNGHS. 9 September lalu jadi awal perjalanan magang di Yayasan KIARA. Kali ini kembali blusukan ke daerah minim sinyal dan jalan bebatuan mengitari perkebunan teh Nirmala bersama Pak Yana, mba Ayu, dan kak Amin. 4 jam perjalanan dari kota cukup bisa dinikmati dengan pemandangan apik berbalut kabut. Sedikit yang tidak bisa dinikmati adalah bagian menahan agar tak buang air kecil di tengah gronjalan jalan batu.

Ini pertama kalinya menjejak kampung pasundan. Aku bertandang menyambangi calon rumah kedua, sebut saja “Rumah Owa” di kampung Citalahab Sentral. Hari pertama diisi pertemuan dengan banyak orang baru, terutama Oliv. Mahasiswa magang dari IPB yang sampai saat ini jadi teman sekamar sampai sepersambatan. Perkenalan selanjutnya dengan Ambu Halimun, kelompok pemberdayaan perempuan yang juga diinisiasi Yayasan KIARA. Semua tampak ramah dan menyambut dengan hangat.

Hari berikutnya semakin seru! Pagi diisi jalan jalan cari daun ke kebun teh bersama Ambu untuk keperluan ecoprint. Siangnya, serius dikit. Pematerian bersama mba Ayu dan geng mahasiswa Cikanikuy, anak-anak magang dari Fahutan IPB di Resort Cikaniki. Hal paling random dan tidak terkira alias ini kok dunia seluas daun singkong aja adalah…di antara 18 anak IPB itu ada yang tiba tiba nyamperin dan ngasih tau kalo dia temen sekolah temen prodiku wkwk. 

Sore pasca pematerian, kami berkumpul bersama tim monitoring owa. Ini jadi kali pertama aku ketemu kang Nuy, kang Isra, kang Indra, kang Aziz, kang Alan, kang Apud, dan kang Omar. Adaptasi, fase awal jadi anak yang kalem lebih ke malu dimulai. Aku dan Oliv saling berkenalan dengan tim monitoring, memaparkan tujuan magang, dan menyampaikan permohonan bantuan seawal awalnya sebelum terlambat. Terutama buatku, bantuan mengumpulkan pakan owa. Malam itu diisi juga dengan budaya KIARA, “semua asisten dirayakan”, kang Aziz yang tiup lilin pasca menamatkan umur 22 tahun.

Hari ketiga, aku baru menyambangi resort Cikaniki. Menjumpai Pak Iwan untuk bersilaturahmi dan melaporkan kehadiran mahasiswa magang yang kemudian disusul dengan kunjungan ke rumah Pak Ade selalu ketua RT.

Kamis mengkis, hari baru super seru diisi dengan monitoring pertama bersama tim owa (kang Aziz, kang Omar, dan kang Alan), Oliv, dan trio geng Cikaniki (Addin, Anggi, dan Shafa). Kebetulan sekali pemanasan kami monitoring Kelompok A. Aku, Addin, dan kang Omar mendapat jalur bawah untuk pencarian pertama. Baru tau kebiasaan dan kode kode asisten yang khas sampai melekat sekarang ini “euyyy, longsoran pertama sepi, sepi!” “ficus yang biasa dimakan juga masih sepi!” Ah kalau aja website ini bisa menampung audio, kalian wajib dengar kekhasan kode logat sunda itu! Balik ke monitoring owa, ternyata tim jalur atas bertemu mereka. Sementara, aku di jalur bawah harus menyusul kesana. Oya, kami dibawa ke jalur gunung kendeng. Kebayang mengkis a.k.a engapnya? Haduh, intinya minggu awal siap pasang koyo sebadan saking cangkeulnya!

Monitoring owa jawa jadi bagian dari program penelitian Yayasan KIARA. Ada tiga kelompok owa jawa yang sudah terhabituasi dan jadi objek pengamatan, yaitu kelompok A, B, dan S. Setiap kelompok ini punya karakteristiknya masing-masing. Ga cuma itu, jalur-jalur di tiap wilayah jelajah mereka juga beragam banget. Mulai dari kelompok A, kita akan ketemu keluarga yang anggotanya paling banyak. Si Awan yang suka misah sendiri atau ikut kakatnya, Amore. Diajak main sampai gunung Kendeng dengan jalur ripuhnya itu. Kalau ke kelompok B, kita akan diajak naik turun punggungan dan lembah alias jalur air. Bahkan, dalam sehari kami bisa diajak jalan di jalur itu tiga kali. Lanjut ke kelompok S, kelompok yang paling banyak floter-nya. Individu yang suka ngikut tapi ga diusir pak Sahri atau bu Surti, makin bikin lieur oy buat pengamatan. Medan di wilayah jelajah S juga ga kalah menantang karena dilalui sungai. Kalau kami tak ambil jalan pintas buat menuju titik pisah pencarian, kami harus menyeberang tiga kali. Untungnya, tim monitoring sungguh peka pada bocah bocah yang kesusahan menyeberang ini. Kami seringkali dilewatkan jalur pintas supaya setidaknya hanya menyeberang sekali. Lalu masih perlu menyeberang lagi untuk pencarian pertama. Bagian sukarnya adalah kalau harus pencarian kedua dan dapat jalur ke Tanjakan Kolor! Sudah susur sungai, masih harus naik ke tanjakan curam yang rasanya ga selesai selesai dinaiki. Betulan, walau kedapatan empat kali naik ke sana, rasa engapnya masih selalu kerasa.

Sebetulnya, masih banyak tantangan yang kami jumpai di lapangan. Bukan cuma medan-medan curam, tapi belakangan ini angin dan hujan rasanya mengerikan. Bayangkan, kamu jalan di tengah hutan dengan goyangan batang yang tampak reyot, miring ke kanan dan kiri. Belum lagi ketika kami istirahat, beberapa kali terdengar suara ‘bruk’ pohon tumbang yang buat kami waspada tapi juga waswas. Ah, satu lagi, perkara hujan. Jalur akan jadi super licin, arus sungai makin besar dan deras buat aku kesusahan menyeberang dan seringkali kaki sampai sepatu basah tercelup. Apalagi kalau kami harus ‘nyubuh’ atau menghampiri pohon tidur owa sepagi paginya, tantangan tadi kian bertambah berat karena yang kami hadapi bukan cuma alam, tapi tubuh sendiri yang sering meleng karena hari gelap dan nyawa belum terkumpul sepenuhnya.

Memang banyak susah tapi lebih banyak menyenangkannya mengikuti monitoring owa jawa. Rezeki kami di lapangan adalah ketika baru memulai pencarian lantas langsung bertemu owa hingga waktu aktivitas mereka yang menetap cukup lama di tajuk-tajuk pohon. Kami jadi lebih banyak berdiam, mengamati. Walau kadang kala muncul rasa bosan dan mengantuknya. Tapi tenang ajaa, akang-akang tim monitoring punya 1001 cara membuat hari-hari monitoring jadi anti boring. Pokoknya, ada ada aja deh!

Beranjak ke program kedua Yayasan KIARA, ada pendidikan konservasi di dua SD mitra, yaitu SDN 3 Malasari dan SDN Rimba Kencana. Kegiatan penkon diisi dengan presentasi, kuis interaktif, sampai praktikum bersama anak-anak kelas lima. Seru sekali bisa mendampingi mereka belajar, terutama mengenal alam dan primata seperti owa jawa. Semua selalu antusias, apalagi kalau kuis dimulai. Bagian mereka mengacungkan jari dan mengangkat tangan rasanya paling menyenangkan, batinku “Syukur mereka paham dengan materi yang disampaikan”. Melalui program ini, aku jadi ingat kembali, guru adalah profesi super sabar sebab mengatur keriuhan di dalam kelas sudah terasa amat berat. Ga cuma itu, mungkin aksesibilitas dan mobilitas ke sekolah jadi pengingat kalau anak-anak tetap masih berusaha bersekolah walau jarak rumah mereka terlampau jauh. Beruntungnya buat kita, yang masih bisa merasakan pendidikan lebih mudah. Oh ya, jika kabut masih tipis-tipis tinggal di perbukitan, pemandangan cantik akan tersaji di sepanjang perjalanan menuju sekolahan.

Program ketiga adalah pemberdayaan masyarakat, salah satunya adanya kelompok perempuan berdaya Ambu Halimun. Aku bertemu ibu-ibu dan anak muda yang aktif dalam kegiatan pembuatan kain ecoprint. Mereka adalah warga kampung yang sangat hangat, suka mengajak bercanda, yah walaupun kosakata bahasa sundaku masih sangat terbatas (sampai saat ini hehe). Kalau selama ini ecoprint yang kulihat warnanya hanya coklat dan mentok-mentok ungu daun jati, sekarang kujumpai warna warna baru super cantik dari daun serta bunga di sekitar kampung. Meskipun aku cukup takut sungai, tapi bagian mencuci kain cukup jadi favorit. Bagian paling favorit tentunya fase deg degan membuka kain hasil kukusan. Sebab, motif cantiknya tampak di sana. 

Dalam program pemberdayaan masyarakat, aku dan Oliv juga mengadakan kelas bahasa Inggris. Kami bersama ambu dan anak-anak sekolah sama-sama belajar dasarnya. Seru sekali ketika praktik dimulai, semua sibuk mencoba melafalkan kata per kata. Tak hanya itu, ada Rama, mahasiswa magang dari UMM yang turut mengadakan kegiatan pemberdayaan pembuatan eco-enzyme

Itu ceritaku sehari-hari berkegiatan di KIARA. Hari libur dan malam-malamnya bagaimana? Ada geng Bodr*x (kang Azis, Aldi, Omar, dan Hamdan) yang selalu sigap menemani hari hari dengan guyonan, cerita, sampai masak-masak alias ngeliwet yang pakai lauk asin aja rasanya sudah nikmat sekali. Sebab, makannya bersama mereka!

Ga kerasa banget udah 3,5 bulan di Halimun. ketemu orang orang yang awalnya super asing dengan keterbatasan bahasa masing-masing. Sekarang, sengkleknya, asbunnya, resahnya, udah keliatan semua. Ternyata hampir sama wkwk. Terima kasih sebesar-besarnya pada mba Ayu yang sudah mengizinkanku mencicipi magang di KIARA, kepada kak Jasmine, kak Amin, dan teh Zia yang banyak membantuku mengurus persuratan dan urusan laporan, kepada kang Nuy selaku koordinator lapangan yang suka berbagi pengetahuan dan kopi, kepada kang Isra, kang Indra, kang Azis, kang Alan, kang Apud, dan Omar yang sudah sangat sering direpotkan perkara banyak hal di hutan, kepada Ambu Halimun yang tak kalah ramah, kepada geng Bodr*x yang tidak pernah membiarkan sendirian di rumah, dan kepada adik-adik Sentral yang paling kreatif itu. Turut meminta maaf juga atas banyak salah.

Sependek periode permagangan PH, kayanya fase MBKM di Yayasan KIARA bakal jadi pengalaman magang paling berkesan. Walaupun isinya kudu sabar sabar dan uji mental karena di-bully tim monitoring lapangan. Gapapa, lov u oll, super sayang! Saya mohon pamit undur diri untuk tahun ini.

Kalo kata Sal Priadi, ailaufyufiufiu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *