• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Kampanye Lingkungan
Belajar Lebih Jauh Pengelolaan Sampah Berkelanjutan dalam Belantara Learning Series (BLS) Episode 12! 

Belajar Lebih Jauh Pengelolaan Sampah Berkelanjutan dalam Belantara Learning Series (BLS) Episode 12! 

Narasi oleh: Puspita Kirana Hidayat 

Belantara Foundation mengundang KIARA untuk menghadiri seminar yang berjudul “Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Mendukung Ekonomi Sirkular, Mitigasi Perubahan Iklim, dan Kesejahteraan Masyarakat”. Seminar dilaksanakan pada 08 Mei 2025 di Auditorium Lantai 3, Gedung Pascasarjana, Universitas Pakuan, Bogor. Selain itu, seminar ini merupakan bagian dari Belantara Learning Series Episode 12. Belantara Learning Series (BLS) adalah program peningkatan kapasitas untuk para mahasiswa, akademisi, praktisi, peneliti, jurnalis serta pengelola sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. Program ini mendukung upaya proteksi dan restorasi hutan, penelitian, pemberdayaan masyarakat, serta aksi iklim. 

Pertama-tama, terdapat sambutan dari Dr. Dolly Priatna selaku Direktur Eksekutif Belantara Foundation dan Ketua LPPM Universitas Pakuan, serta Prof. Dr. Ing. H. Soewarto Hardhienata selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian informasi awal oleh pembicara kunci yaitu perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai  upaya pengelolaan sampah yang sudah dilakukan oleh pemerintah serta regulasi yang berlaku. Pembicara kunci lain yaitu Prof. Dr. rer. pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU, Asean Eng. selaku Rektor Universitas Pakuan menekankan betapa pentingnya meningkatkan kesadaran akan isu pengelolaan sampah terutama melalui pendidikan di perguruan tinggi. 

Setelah kata-kata pengantar disampaikan, acara inti dapat dimulai. Bapak Sardi Duryatmo selaku Pemimpin Redaksi Majalah Trubus (2020-2023) akan menjadi moderator dari keempat pembicara luar biasa yaitu:

  1. Sally Atika Noor – Research, Innovation, Monitoring, and Evaluation Officer Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  2. Desty Eka Putri Sari – CEO Bank Sampah Digital
  3. Yasra Al-Fariza – Direktur Bank Sampah Induk New Normal
  4. Ramon Y. Tungka – Environmental Advocate

Sampah di Indonesia mencapai 56,63 juta ton pada tahun 2023. Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah rumah tangga sebesar 50% dari total sampah. Banyaknya sampah tentu mengkhawatirkan bagi keberlangsungan makhluk hidup kedepannya apalagi jika tidak terkelola dengan baik. Data menunjukkan bahwa sekitar 70% sampah yang ada di Indonesia belum terkelola dengan baik, biasanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau berserakan di lingkungan sekitar. Selain sampah rumah tangga, sampah plastik menduduki peringkat kedua dalam jumlah jenis sampah terbanyak.

Bu Sally, sebagai pembicara pertama memberikan gambaran awal terkait kondisi terkini dari sampah laut yang ada di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak sedunia di posisi ketiga pada tahun 2024. Sampah plastik termasuk jenis sampah yang sulit terurai, apalagi jika sudah terbuang ke laut maka memerlukan upaya lebih untuk menangani sampah jenis ini. Meskipun kebocoran sampah dari darat menuju ke laut semakin berkurang tiap tahunnya, namun jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat juga semakin meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk menangani permasalahan sampah, mulai dari peningkatan kesadaran hingga perbaikan infrastruktur dan regulasi. 

Pembicara selanjutnya yaitu Bu Desty dan Pak Yasran menceritakan pengalaman mereka dalam mengelola sampah, khususnya di lingkungan sekitar mereka. Mereka berdua sama-sama terjun dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah. Bank sampah bertujuan untuk mengumpulkan sampah-sampah non-organik yang nantinya dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang baru atau sekedar dijual ke penadah. Masih teringat kata-kata Bu Desty yang berkesan di hati, “Terjun ke lingkungan karena keresahan, berujung membuat suatu gerakan yang menghasilkan ekonomi sirkular”. Bu Desty berusaha menyadarkan masyarakat disekitarnya untuk ikut prihatin akan keadaan sampah yang tidak terkelola dengan baik. Baik, Bu Desty dan Pak Yasran sama-sama menggunakan pendekatan keagamaan dimana proses pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan nilai kasih sayang terhadap sesama dan kepatuhan pada perintah Tuhan untuk menjaga alam. Misalnya saja, Pak Yasran bercerita bahwa hasil dari bank sampah seringkali disalurkan pada orang-orang yang membutuhkan, seperti anak yatim, lansia, dsb.

Pembicara terakhir yaitu Pak Ramon memberikan pemahaman bahwa pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab setiap orang. Hal yang perlu kita lakukan adalah berkolaborasi untuk menjaga supaya alam tetap lestari. Kolaborasi ini terwujud dalam konsep Nona Helix yang melibatkan sembilan unsur yang saling berkontribusi yaitu pemerintah, industri, media, akademisi, LSM/NGO, masyarakat, perbankan, tokoh masyarakat, dan komunitas. Selain itu, Pak Ramon memuji orang-orang yang sudah memilah sampah pribadinya namun lebih baik apabila kita mampu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diubah adalah sikap kita terhadap sampah. Kita cenderung merasa tidak puas akan hal yang kita miliki dan berujung memiliki sifat konsumtif. Padahal, kearifan lokal mengajarkan kita untuk berperilaku secukupnya, misalnya terhadap sumber daya alam yang ada. Mari merubah perilaku kita terhadap sampah melalui beberapa tips berikut:

  • Habiskan makananmu, jangan tersisa!
  • Beli sesuatu yang kamu butuhkan, bukan hanya kamu inginkan. 
  • Gunakan tumblr untuk membawa air minum.
  • Bawa totebag saat berbelanja.
  • Kurangi menggunakan barang sekali pakai.
  • Gunakan kembali barang yang masih layak pakai. 

Dengan mengikuti tips-tips ini, kamu ikut terlibat untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehat!

#SayangiBumiSayangiLingkungan #MulaiDariDiriSendiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *