• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Kampanye Lingkungan
Merayakan Hari Bumi, Memaknai Peran para “Kartini Masa Kini”

Merayakan Hari Bumi, Memaknai Peran para “Kartini Masa Kini”

Narasi oleh: Puspita Kirana Hidayat 

Halo teman-teman (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Perkenalkan, namaku Kiran dari jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia. Pada tahun ini, aku berkesempatan untuk tergabung dalam SEF (Sompo Environment Foundation) Internship Program Batch ke-7. Program ini memberikan aku ruang untuk belajar lebih jauh tentang NGO (Non-Governmental Organization), terutama yang bergerak di bidang lingkungan. Beruntungnya aku karena ditempatkan di yayasan KIARA. Di minggu pertama magang, aku sudah melewati berbagai pengalaman baru yang akan menjadi core memory-ku kedepannya! 

Ayo, ikuti ceritaku! (⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ⁠♪

Dalam rangka merayakan semarak Hari Bumi dan Hari Kartini, SINTAS (Save Indonesian Nature & Threatened Species) mengajak KIARA (Konservasi Ekosistem Alam Nusantara) untuk berkolaborasi mengadakan kegiatan bertajuk Earth Day 2025 “Women and Conservation: Celebrating Kartini in Conservation”. Kedua NGO (Non-Governmental Organization) ini sama-sama bergelut di bidang konservasi lingkungan terutama perlindungan terhadap satwa langka seperti Owa Jawa, Harimau Sumatera, dan Macan Tutul Jawa, beserta ekosistem di sekitarnya. Kegiatan Ini dilaksanakan pada tanggal 23-24 April 2025 di Kampung Citalahab Sentral, Bogor.

Sejumlah 10 peserta diberikan kesempatan untuk terlibat dalam program tanpa pungutan biaya apapun sehingga peserta dapat memperoleh pengalaman penuh makna tanpa kekhawatiran! Mereka cukup membawa diri, barang-barang pribadi, dan mempersiapkan diri untuk belajar lebih jauh tentang konservasi lingkungan di Kampung Citalahab Sentral. 

HARI PERTAMA

Kegiatan dimulai dari berkumpulnya peserta di kantor SINTAS, Bogor Utara. Kemudian perjalanan dilakukan menggunakan tronton. Rasanya cukup menegangkan dan penuh kehati-hatian karena melewati jalanan yang berbatu dan tidak mulus seperti jalanan kota. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam, akhirnya mereka sampai di Kampung Citalahab Sentral. Para peserta diberikan waktu untuk beristirahat sejenak dan meletakan barang-barang pribadi di penginapan masing-masing sebelum kembali ke teras penginapan Pak Ade untuk makan siang. Teras ini nantinya akan dijadikan tempat utama untuk berkumpul dan berkegiatan selama di kampung. 

Kegiatan hari pertama dimulai dari pembukaan, perkenalan peserta, pemaparan materi dan sharing kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Star Energy Geothermal (SEG) yang turut hadir dalam kegiatan ini. Dalam kegiatannya, SEG memanfaatkan energi panas bumi untuk menghasilkan energi listrik. Perusahaan berupaya untuk beroperasi secara ramah lingkungan karena energi panas bumi menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibanding pembakaran fosil. Upaya tersebut diharapkan dapat meminimalisir risiko terjadinya krisis iklim. SEG juga bekerja sama dengan beberapa NGO, salah satunya dengan SINTAS dalam program konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

Ecoprint bersama Ambu Halimun

Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan ecoprint bersama Ambu Halimun. Ambu Halimun merupakan sekelompok perempuan di Kampung Citalahab Sentral yang dibina oleh KIARA dalam hal pemberdayaan masyarakat. Produk yang dihasilkan oleh Ambu Halimun adalah ecoprint dari tumbuhan dan tanaman yang ada di sekitar kampung. Kali ini, para peserta mendapatkan kesempatan untuk mengetahui tahapan pembuatan ecoprint & membuatnya sendiri dengan bimbingan para ambu.

Tahapan Pembuatan Ecoprint

Pada awalnya, setiap peserta diberi sehelai kain dan dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang. Tahap pertama adalah pemilihan daun-daun dan bunga yang akan dijadikan ecoprint. Para ambu menjelaskan nama dari tiap tumbuhan dan membantu peserta mengidentifikasi tanaman mana yang dapat digunakan. Setelah tanaman tersebut terkumpul, peserta diminta untuk merendam kain ke dalam air kapur. Tujuannya supaya warna dari tanaman yang akan ditempel dapat lebih terlihat. Selanjutnya, daun-daun dan bunga yang telah terkumpul sebelumnya di letakan di atas kain membentuk pola sesuai kreativitas masing-masing peserta. Setelah itu, kain ditutup oleh plastik, digulung menggunakan tongkat besi, dan diikat kencang menggunakan tali rafia. Tahap akhir adalah mengukus kain ke dalam panci dan menunggunya selama kurang lebih 2 jam.

Pemberdayaan Perempuan dan Konservasi Lingkungan

Ambu Halimun bukan hanya sekelompok perempuan yang melakukan kerajinan demi mendapatkan keuntungan semata. Tujuan awal adanya kelompok ini supaya para ibu di Kampung Citalahab lebih sadar akan literasi keuangan, khususnya bagaimana cara mengelola finansial keluarga dengan baik. Seiring berjalannya waktu, kelompok ini menjadi ruang aman bagi para ibu untuk berbagi cerita dan berkembang menjadi perempuan yang berdaya. KIARA juga membantu menyediakan kelas pegembangan diri seperti public speaking. Hal tersebut dapat menjadi teladan bagi para perempuan di wilayah manapun supaya termotivasi untuk mengembangkan kemampuan diri. Hasil produk yang mereka buat yaitu ecoprint termasuk kerajinan yang ramah lingkungan. Para Ambu Halimun menanam sendiri tanaman ecoprint, serta menggunakan bahan yang eco-friendly dan aman digunakan untuk kulit sensitif.

Pemaparan KIARA, SINTAS, dan Menonton Film Dokumenter “Tanah Ibu Kami”

Kegiatan berikutnya adalah pemaparan materi dari KIARA, SINTAS, dan ditutup dengan menonton film dokumenter. KIARA menjelaskan mengenai gambaran umum yayasan yang berfokus pada Owa Jawa. Peserta diberikan gambaran mengenai beberapa Owa Jawa yang diawasi oleh tim monitoring dari KIARA. Terdapat peserta yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kang Nuy selaku koordinator tim monitoring owa jawa. Selanjutnya, SINTAS juga memaparkan gambaran umum terkait kegiatannya yang berfokus pada satwa karnivora seperti Harimau Sumatra dan Macan Tutul Jawa. SINTAS menayangkan beberapa foto yang diambil oleh kamera pengawas yang membuat para peserta tersenyum karena melihat tingkah laku kucing besar yang sama menggemaskannya dengan kucing peliharaan. 

Hari semakin malam, kegiatan terakhir adalah menonton film dokumenter berjudul “Tanah Ibu Kami” yang diproduksi oleh The Gecko Project. Film tersebut menceritakan perjuangan para perempuan mempertahankan hak akan tanah beserta sumber daya alam yang ada diatasnya dari rampasan perusahaan yang hanya ingin mengeksploitasinya. Para perempuan menyuarakan suara mereka, bahkan melakukan protes sampai ke ibukota, demi memperjuangkan haknya. Tidak semua perjuangan berbuah manis namun setidaknya usaha mereka untuk berjuang perlu dihormati dan diapresiasi.

HARI KEDUA

Sebelum memulai kegiatan trekking, KIARA mengajak peserta mengunjungi Rumah Owa. Di dalam Rumah Owa terdapat beberapa foto nama-nama Owa Jawa yang diawasi oleh tim monitoring berdasarkan kelompoknya yaitu Kelompok A, B, dan S. Di sisi lain ruangan, terdapat perpustakaan kecil yang berisi buku-buku terkait owa maupun topik umum lainnya. Disediakan juga mainan dan alat mewarnai supaya anak-anak tertarik untuk berkunjung dan menghabiskan waktu disana. Selain melihat-lihat, Kak Amin selaku perwakilan dari KIARA juga ikut menjelaskan lebih lanjut tentang beberapa hal yang ditanyakan oleh para peserta, misalnya saja tentang alat ukur kelembaban udara. 

Trekking Loop Trail HM 10

Peserta diajak untuk menyusuri hutan melalui jalur yang biasanya disinggahi oleh Kelompok A Owa Jawa. Peserta dibagi menjadi dua kelompok yang dipimpin oleh Kang Nuy dan Kang Isra. Sepanjang perjalanan, Kang Nuy dan Kang Isra menjelaskan beberapa jenis nama tumbuhan yang ada di hutan, pohon-pohon yang pernah disinggahi owa untuk makan dan tidur, dan tanaman yang beracun apabila tersentuh bagian tubuh manusia. Bahkan, peserta juga dikenalkan dan diarahkan untuk mencicipi tanaman liar yang bisa dikonsumsi oleh manusia yaitu batang begonia yang terasa sangat asam. Menurut Kang Isra, tanaman-tanaman liar yang bisa dikonsumsi rasanya cenderung asam dibandingkan manis. Selain itu, terlihat juga beberapa pita berwarna merah muda dengan kode-kode tertentu untuk menandakan pohon atau tumbuhan yang sempat menjadi tempat makan dan tidur Owa Jawa.  

Penutupan

Kegiatan selanjutnya adalah waktu bebas untuk bermain di sungai. Sebagian besar peserta hanya mencelupkan kaki dan berfoto ria. Sedangkan, sebagian kecilnya benar-benar membasahi seluruh tubuhnya ke dalam sungai. Suasana sungai sungguh menenangkan suasana hati dan pikiran seolah-olah sedang mempersiapkan diri peserta sebelum kembali pada hiruk-pikuk perkotaan. Di akhir kegiatan, para peserta berbagi kesan dan pesan selama mengikuti kegiatan. Kemudian, SINTAS mengucapkan terima kasih atas kesediaan peserta untuk ikut serta dalam kegiatan ini. SINTAS juga memberikan apresiasi berupa merchandise.

Dengan adanya kegiatan ini, para perempuan diharapkan dapat semakin mengembangkan kemampuan-kemampuan dirinya sembari menjaga lingkungan disekitarnya. Nyatanya, pemberdayaan perempuan dan konservasi lingkungan dapat berjalan beriringan seperti apa yang dilakukan oleh Ambu Halimun di Kampung Citalahab Sentral. 

Sumber Foto: Dokumentasi SINTAS & peserta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *