• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Primate Talk
Menggaungkan Suara Owa Jawa: Pengalaman Mengikuti SIMBA 2025 di Malaysia

Menggaungkan Suara Owa Jawa: Pengalaman Mengikuti SIMBA 2025 di Malaysia

Narasi oleh: Fauzia Yudanti

Akhir Mei 2025, tepatnya pada tanggal 23-25 saya berkesempatan mengikuti kegiatan SIMBA (Symposium of Indonesia-Malaysia BioAcoustics) yang dilaksanakan di Universiti Malaysia Terengganu (UMT). Tahun ini adalah pelaksanaan SIMBA yang kedua, setelah SIMBA yang pertama dilaksanakan pada tahun 2023 di Universitas Gajah Mada (UGM) Indonesia. Simposium ini juga sekaligus menjadi penutup program BEAT (Bioacoustics Equipment and Training) Year 2, yang berlangsung selama satu tahun penuh dan difasilitasi oleh K Lisa Yang Center for Conservation Bioacoustics, Cornell University.

Dalam kegiatan SIMBA 2025 ini, saya mewakili Yayasan KIARA hadir dan turut serta dalam memaparkan hasil penelitian mengenai karakteristik suara dan perilaku vokalisasi owa jawa (Hylobates moloch) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Melalui sesi oral presentation, saya berbagi informasi mengenai bagaimana perilaku spesies endemik ini ketika bersuara di habitat aslinya serta bagaimana pendekatan bioakustik dapat memberikan informasi mengenai karakteristik suara owa jawa. Harapannya, melalui pendekatan bioakustik yang dilakukan ini juga kemudian dapat mendukung penelitian perilaku owa jawa serta membantu upaya konservasinya.

Hal yang membuat SIMBA 2025 terasa begitu berkesan bagi saya adalah suasana kehangatan yang tercipta sejak hari pertama. Senang rasanya pada tahun ini saya dapat bertemu kembali dan berbagi cerita dengan teman-teman dari program BEAT tahun pertama dan kedua, beberapa di antaranya sudah sempat bertemu di SIMBA 2023. Selain itu, saya juga berkenalan dengan banyak wajah baru dari berbagai latar belakang penelitian. Obrolan ringan di sela sesi, diskusi mendalam saat presentasi, hingga foto-foto bersama menjadi momen-momen kecil yang memberi kesan sangat mendalam.

Lebih dari sekadar ajang presentasi, SIMBA juga menjadi ruang belajar yang luar biasa. Melalui pemaparan para peserta lain, saya jadi lebih mengenal karakter suara satwa lainnya seperti kelelawar, burung, bahkan dugong yang hidup di habitat perairan, serta bagaimana suara-suara tersebut dapat berkaitan erat dengan perilaku satwa dan kondisi ekosistemnya. Melihat semangat dan antusiasme peserta lain yang datang dari berbagai penjuru dengan semangat belajar tinggi membuat saya iikut terdorong untuk bersemangat dan belajar lebih banyak mengenai bioakustik yang ternyata dapat membantu upaya konservasi satwa liar.

Bagi saya pribadi, pengalaman di SIMBA 2025 bukan hanya tentang berbagi hasil penelitian, tapi juga tentang memperluas perspektif, mempererat jaringan, dan menemukan kembali semangat belajar di tengah komunitas yang suportif. Terima kasih kepada Yayasan Kiara, seluruh penyelenggara SIMBA 2025, serta semua teman-teman peserta yang membuat pengalaman ini tak terlupakan. Semoga pertemuan ini menjadi awal dari kolaborasi dan semangat konservasi yang semakin kuat di masa depan. 

Sampai jumpa di SIMBA selanjutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *