• admin@kiara-indonesia.org
  • Bogor, Indonesia
Catatan dari Lestari Summit 2025 

Catatan dari Lestari Summit 2025 

Narasi: Rahayu Oktaviani

Apa itu Lestari Summit?

Diselenggarakan oleh KG Media (Kompas Gramedia), Lestari Summit hadir sebagai forum tahunan yang mengundang para pemimpin, praktisi, inovator, calon penggerak, hingga pembuat kebijakan untuk bersama-sama menyusun langkah konkret dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. Sejak tahun 2024, Lestari Summit bukan hanya diisi dengan diskusi dan pertukaran gagasan, tetapi juga menjadi ruang apresiasi melalui Lestari Awards bagi individu dan institusi yang telah menunjukkan komitmen nyata terhadap keberlanjutan.

Tema utama Lestari Summit 2025 adalah “Thriving Together and Cultivating Resilience for Sustainable Future”, sebuah panggilan akan kolaborasi dan ketahanan dalam menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan di era global yang dinamis.

Kehadiran KIARA di Lestari Summit 2025

Sebagai Direktur Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA), saya merasa terhormat bahwa organisasi kami diundang untuk berpartisipasi dan berbagi di panggung kolaborasi yang dilaksanakan di Raffles Hotel jakarta pada 2 Oktober 2025.

Dalam agenda acara, kami mengisi segmen ketiga, bertajuk “Making Collaboration for Sustainable Future”, serta mendapat kesempatan khusus melakukan elevator pitch dalam sesi “The Voice of Women in Sustainability Movement”. Dalam sesi elevator pitch itu, saya mengemukakan gagasan pentingnya keterlibatan Perempuan dalam upaya konservasi di Indonesia, dan bagaimana suatu upaya pendampingan sudah selayaknya tidak menimbulkan ketergantungan, tetapi membangun kemandirian. Berada di acara ini, menjadi ruang belajar dan inspirasi dari para pembicara lain yang hadir. Misalnya:

  • Ibu Yasmin dari Yayasan Lohjinawi, yang membagikan praktik pengelolaan sampah berbasis masyarakat (waste management) yang sangat relevan di banyak komunitas desa dan kota.
  • Ibu Ratna Kartadjoemena, Co-Founder Bicara Udara, yang menekankan pentingnya advokasi udara bersih sebagai hak warga negara dalam konteks tumbuhnya polusi perkotaan.
  • Dan tentu yang paling menyita perhatian: monolog penutup dari Handoko Hendroyono, sosok dibalik ekosistem M-Bloc yang ramai dikunjungi generasi muda, juga pendiri Filosofi Kopi yang telah membentuk brand kopi lokal dan kreatif. Ia menyampaikan bagaimana kopi bisa menjadi medium diplomasi budaya, dan bagaimana storytelling yang autentik bisa memperkuat branding usaha yang berkelanjutan.

Menyaksikan kombinasi antara media, budaya, bisnis, dan gerakan lingkungan dalam satu narasi tunggal di panggung itu memperkuat keyakinan saya bahwa keberlanjutan harus diformat ulang sebagai perjalanan lintas disiplin dan lintas sektor.

Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada IS2P (Indonesia Society of Sustainability Professionals) sebagai mitra penyelenggara yang telah mengundang saya untuk berkontribusi dalam forum ini. Ke depan, semoga panggung seperti Lestari Summit terus menjadi arena penting agar ide keberlanjutan tak hanya jadi wacana, melainkan aksi nyata, dan agar suara Lembaga lokal seperti KIARA dapat semakin terhubung, didengar, dan berdampak.

Dokumentasi: Lestari Summit 2025 (KG Media)

0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *